Jumat, 26 Desember 2014

Tsunami Aceh dalam Kenangan

26 Desember 2004 - 26 Desember 2014.
 


Peristiwa tsunami di Aceh telah sepuluh tahun berlalu, tentu sangat banyak hikmah dibalik peristiwa itu.
Begitu banyak lokasi yang menjadi saksi bisu dan telah dijadikan sebagai 'monumen' untuk memperingatinya.
Berikut ini sedikit diantaranya yang sayang untuk dilewatkan kalau kita berkunjung ke sana.

Kami mendokumentasikannya sebagai bagian dari kunjungan ke Banda Aceh tahun 2014 untuk mengenang peristiwa besar ini sekaligus mensyukuri sepuluh tahun indahnya perjalanan rumah tangga kami (tepat pada saat tsunami terjadi kami sedang melaksanakan syukuran pernikahan/walimatul 'ursy).

Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda




Bandara ini merupakan salah satu pintu masuk ke Aceh, melayani Kota Banda Aceh dan sekitarnya, berlokasi di Kecamatan Blang Bintang, Aceh Besar, Provinsi Aceh.
Nama bandaranya sendiri diambil dari nama salah seorang pahlawan nasional dari Aceh, yaitu Sultan Iskandar Muda.
Setelah tsunami bandara ini direnovasi sehingga memiliki landasan pacu sepanjang 3.000 meter dan mampu menampung pesawat berbadan lebar.

Penerbangan dari Jakarta ke Banda Aceh dilayani oleh maskapai Garuda Indonesia dan Lion Air, baik melalui transit di Bandara Kualanamu (Medan) maupun tanpa transit (langsung mendarat di Bandara Sultan Iskandar Muda - Aceh).


Masjid Raya Baiturrahman

Terletak di Kota Banda Aceh dan merupakan masjid Kesultanan Aceh yang didirikan oleh Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam pada tahun 1022 H/1612 M.




Arsitekturnya sangat megah, meskipun bangunan aslinya telah dibakar pada saat agresi kedua Belanda ke Kesultanan Aceh pada Bulan Safar 1290 H/April 1873 M dan dibangun kembali paha tahun 1877.

Setelah beberapa kali perluasan dan renovasi, kini Masjid Baiturrahman memiliki 7 kubah, 4 menara, dan 1 menara induk.



Halaman yang luas dan kolam yang dilengkapi pancuran air membuat suasana terasa sejuk bila kita berada di dalamnya.


 











Interior masjid pun sangat indah;





Tempat wudhunya dilengkapi dengan bangku untuk duduk seperti desain tempat wudhu di Mekkah dan Madinah pada umumnya.












 

Menjadi saksi bisu tsunami 2004 dan dijadikan tempat berlindung ribuan masyarakat Aceh serta salah satu tempat evakuasi korban saat itu, masjid ini tetap berdiri kokoh meskipun mengalami beberapa kerusakan. Rehabilitasi pun dilaksanakan dan diresmikan kembali pada tahun 2007 sebagaimana tercantum dalam prasastinya:












Museum Tsunami

Bangunan yang sangat artistik ini dirancang oleh arsitek yang kini menjabat Walikota Bandung, Bapak Ridwan Kamil.





Selain bentuk bangunan yang indah dan mengandung makna yang dalam (dindingnya dihiasi gambar orang menari Saman yang merupakan simbol kekuatan, disiplin, dan kepercayaan religius; dari atas, bentuk atapnya mirip gelombang laut; lantai dasar dirancang seperti rumah panggung tradisional Aceh), desain interiornya pun sangat menakjubkan, dimulai dari jalan masuk berupa lorong sempit dan gelap yang diapit dinding air yang tinggi untuk mengingatkan suasana saat tsunami, dilanjutkan dengan ruangan berisi monitor-monitor dimana kita bisa melihat foto-foto dokumentasi, ada pula ruangan bertuliskan nama-nama para korban.
Lafaz Allah di bagian dalam-pucuk atas ruangan bertuliskan nama para korban
Nama-nama para korban tertulis di dinding
Salah satu penanda di dalam lorong sempit & gelap sebagai jalan masuk
Juga ada beberapa spot foto yang menarik diantaranya sebuah kolam berisi ikan hias di lantai dasar di tengah gedung yang dilengkapi beberapa bangku batu sebagai tempat duduk-duduk dan disini kita dapat menikmati pemandangan interior gedung bila kita mendongak ke atas.

Selain film dokumentasi tsunami yang wajib ditonton karena sangat mengharu biru dan menguras emosi kita, menelusuri seluruh ruangan di museum berlantai empat ini benar-benar membuat kita merasakan betapa dahsyatnya tsunami saat itu dan betapa kecil serta lemahnya kita, manusia.

Tengok saja koleksi foto sejak terjadinya, pasca, para korban, proses evakuasi, proses recovery, ada pula berbagai diorama, juga benda-benda saksi bisu tsunami (sepeda, jam, dan lain-lain)

Salah satu diorama menggambarkan saat tsunami terjadi
Di sini tersedia pula suvenir dan jajanan khas Aceh yang dapat dibeli sebagai buah tangan.


PLTD Apung

Berlokasi di Gampong Plunge Blang Cut - Kota Banda Aceh.
Awalnya kapal berbobot 2.600 ton ini merupakan generator listrik milik PLN yang berada di laut. Namun kemudian gempa dan tsunami menyeretnya hingga ke daratan sejauh 2-3 km sampai ke tengah pemukiman warga.

Gerbang masuk
PLTD Apung - dari arah gerbang
PLTD Apung - dari arah samping

Di bagian depan area situs dibangun monumen untuk mengenang para korban tsunami dilengkapi dengan dinding di sekelilingnya yang menyerupai air bah dan jam yang menunjukkan waktu terjadinya tsunami beserta tanggalnya;


Monumen Tsunami
Dari atas PLTD kita dapat menikmati hijaunya pemandangan Bukit Barisan.


Kapal di Atas Rumah

Kapal ini terbawa gelombang tsunami dan terdampar di atas rumah penduduk di Gampong Lampulo, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh.




Di Situs Lampulo kita juga dapat melihat dokumentasi foto-foto tsunami;

 







Hotel Medan



Ini adalah hotel tempat kami menginap, berlokasi di Jl. Jend. Ahmad Yani No. 17, Banda Aceh.

Saat terjadinya tsunami hotel ini sempat pula 'disinggahi' sebuah kapal di pelatarannya;




Wisata Kuliner dan Oleh-oleh

Tentu saja dua hal penting ini tak boleh kita lupakan.

Kuliner Aceh memang sangat menggoda. Salah satu tempat yang kami singgahi adalah Warung Nasi "Cut Mun" dengan menu khasnya antara lain ayam tangkap.
Bagi kami, semua makanan di sini hanya ada dua rasanya: enak atau enak sekali :D. 










Untuk oleh-oleh, kami membelinya di Toko Souvenir "Putroe Aceh" di Jl. K.H. Ahmad Dahlan, Banda Aceh;




Demikianlah, setelah sepuluh tahun berlalu Aceh telah bangkit dan berbenah.
Salah satu hikmah yang bisa dipetik adalah mulai bergeliatnya pariwisata Aceh, yang -semoga saja- tidak justru berdampak kurang baik bagi keberlangsungan tradisi lokal dan penerapan syariat Islam di sana.
In sya Allah.


- 26 Desember 2014-


 Referensi tambahan:





Related Posts:




Tidak ada komentar:

Posting Komentar