Minggu, 08 Februari 2015

Jangan Buang Sampah Dapurmu!

Bayam Organik

Pada (sebagian besar) rumah tangga, dapur merupakan salah satu tempat yang aktivitas di dalamnya -bisa dibilang- berlangsung terus menerus.
Tak hanya memasak, namun juga menyiapkan makanan/minuman pembuka/penutup, cemilan, jajanan, buah-buahan, lalapan, dan sebagainya.
Bukan hal yang aneh pula bila sampah yang dihasilkan dari berbagai kegiatan tersebut tak terhitung banyaknya.

Ibu yang bijak tentunya akan berusaha memanfaatkan seoptimal mungkin segala sesuatu yang dapat diolah dan meminimalkan pembuangannya, begitu pula dengan sampah organik/sampah dapur tadi.
Sisa rajangan sayur mayur, kulit buah-buahan, biji-bijian, kupasan bumbu/rempah-rempah, dan kulit telur merupakan beberapa contoh sampah organik dari dapur yang dapat diolah kembali.

Untuk apa?
Salah satu pemanfaatannya adalah dijadikan pupuk/kompos untuk menyuburkan tanaman.

Berikut ini langkah-langkah praktisnya berdasarkan pengalaman yang saya lakukan sendiri:
  • Kumpulkan sisa bahan dapur yang tak terpakai (yang belum mengalami proses pemasakan) dan rajang kecil-kecil (ukuran 1 cm x 1 cm atau 2 cm x 2 cm)
Sisa rajangan sayur
Sisa rajangan sayur
Kulit buah-buahan
Kulit buah-buahan
  • Masukkan ke dalam wadah (saya menggunakan pot tanah liat yang sudah tak terpakai dengan diameter sekitar 40 cm). Bisa juga ditambahkan daun-daun kering di atasnya (ditimbun). Daun kering berfungsi untuk mempercepat proses pembusukan sampah.
Sampah dapur + daun kering
Sampah dapur + daun kering
  • Beri tutup pada wadah tersebut agar tidak mengundang lalat dan tidak dibongkar oleh tikus
Timbunan sampah dapur diberi tutup
Timbunan sampah dapur diberi tutup
 
  • Setiap 2-3 hari sekali 'calon pupuk' diaduk sambil menambahkan sampah dapur yang baru. Pengadukan bertujuan untuk mempercepat proses pembusukan oleh mikroba-mikroba di dalamnya
  • Bila cuaca cerah (tidak hujan), sesekali biarkan tutup terbuka agar mendapatkan pasokan udara dan sinar matahari (dengan catatan kondisi sampah sudah hancur menyerupai tanah agar tidak mengundang lalat)
  • Pot/wadah berisi pupuk tersebut bisa diletakkan/disamarkan di antara tanaman-tanaman yang lainnya agar tidak mengganggu pemandangan
Tempat kompos disamarkan di antara tanaman
Tempat kompos disamarkan di antara tanaman
  • Setelah sekitar 2-3 pekan atau bila bahan-bahan tadi telah hancur dan berwarna kehitaman berarti pupuk sudah siap digunakan. Takaran yang saya gunakan: 1 bagian pupuk untuk 3-4 bagian media tanam (saya menggunakan sekam bakar sebagai media tanam karena sifat porositasnya yang baik sehingga mendukung perbaikan struktur tanah karena aerasi dan drainase menjadi lebih baik pula)
Pupuk sudah bisa digunakan
Pupuk sudah bisa digunakan
  • Sering kali kita akan menemukan tunas yang tumbuh di antara timbunan pupuk. Mungkin tunas tersebut berasal dari biji-bijian sisa buah/sayuran yang ikut terbuang bersama sampah dapur lainnya. Pindahkan saja ke pot terpisah agar dapat tumbuh lebih optimal
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan dan penggunaan pupuk kompos ini adalah:
  • Ada beberapa bahan yang sulit hancur, antara lain bonggol jagung dan pokok/biji buah mangga. Untuk bonggol jagung bila masih ada sisa butir jagungnya sebaiknya langsung ditanam, karena sangat mudah tumbuh. Sedangkan biji buah mangga bisa dimasukkan ke dalam bahan pupuk, namun nanti pada saat sisa 'daging' mangganya telah habis dan bijinya sudah kering berwarna kehitaman/kecokelatan serta mulai merekah (tanda akan keluar tunas) hendaknya langsung dipindahkan ke dalam pot/media tanam
  • Pada jenis sampah dapur tertentu, meskipun sudah menjadi pupuk kadang-kadang akan mengundang semut merah bila sudah digunakan. Untuk mengantisipasinya saya biasa menaburkan sedikit kapur semut di permukaan media tanamnya (sedikit saja ya, karena sifatnya panas, sekedar untuk menghalau si semut)
  • Tikus menyukai tanaman-tanaman tertentu yang masih muda/kecil, apalagi bila ada campuran pupuk kompos yang kurang 'matang' pada media tanamnya. Untuk mengantisipasi gangguan tikus, letakkan tanaman-tanaman yang baru ditanam (masih kecil) di tempat yang agak tinggi (tak terjangkau oleh tikus)
Tanaman muda ditempatkan agak tinggi
Tanaman muda ditempatkan agak tinggi

Bila kita telaten, sisa bahan dapur yang berupa biji-bijian (misalnya: biji cabai, pepaya, melon, dan sebagainya) dapat kita pisahkan dan langsung ditanam atau disemaikan terlebih dahulu di tray semai (setelah agak besar barulah dipindahkan ke dalam pot);

Semaian buncis dan kacang panjang
Semaian buncis dan kacang panjang
Hasil semaian dipindahkan ke pot
Cabai (dan lain-lain) hasil semaian dipindahkan ke pot
Dan ini adalah beberapa contoh tanaman di taman kami yang ditanam dari biji dan dipupuk dengan kompos sisa bahan organik dari dapur:
Pepaya organik
Pepaya organik
Bayam organik
Bayam organik
Pepaya
Pepaya
Jagung - Kapuk (?) - Mangga
Jagung - Kapuk (?) - Mangga
Pepaya - Taoge - dan lain-lain
Pepaya - Taoge - dan lain-lain
Aneka tanaman organik
Aneka tanaman organik

Meskipun belum banyak, kami juga sudah mulai panen lho, ini perbandingan hasilnya:

Bayam organik hasil kebun sendiri
Bayam organik hasil kebun sendiri

Mudah (bisa dilakukan sendiri, kapan pun), murah (bahan-bahannya ada di dapur), sehat (mengurangi paparan pestisida dan terhindar dari produk-produk rekayasa genetik/GMO), hemat (tak perlu lagi membeli pupuk untuk tanaman), ramah lingkungan (mengurangi sampah yang terbuang percuma dan membantu menjaga keseimbangan ekosistem), serta puas (menjaga kehalalan dan kethoyyiban makanan yang masuk ke tubuh kita) pastinya.
Asyik kan?
Yuk dicoba ... ^_^

***
Note:
Tahapan di atas adalah sesuai dengan proses yang saya lakukan sendiri, namun tidak menutup kemungkinan bila ada cara-cara/metode pembuatan pupuk/kompos yang lainnya (misalnya dengan menambahkan bahan-bahan tertentu untuk mempercepat proses kerja mikroorganismenya).

***




Related Posts:




Tidak ada komentar:

Posting Komentar