Senin, 25 Januari 2016

Berkarya untuk Perubahan dalam Perbedaan

"Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain."

Hadits tersebut bermakna sangat dalam bila kita mampu memahaminya.

Arti kebermanfaatan dapat kita lihat antara lain dari karya yang dihasilkan oleh seseorang, apakah karya tersebut memberikan dampak bagi lingkungannya. Tentu saja dampak yang diharapkan adalah dampak yang positif.
Selain memberikan dampak positif, sebuah karya juga semestinya mampu membuat perubahan atau mengajak untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
Dan kita semua harus yakin bahwa kita mampu melakukannya, mampu berkarya untuk membuat perubahan, meskipun dalam kondisi keterbatasan atau perbedaan.

Perbedaan tidak selalu menjadi penghalang atau kendala untuk berkarya dan membuat perubahan.
Salah satu contoh yang sering kita temui di sekitar kita adalah saudara-saudara kita yang dianugerahi keistimewaan sebagai difabel.

Saya pernah mendatangi sebuah pameran kerajinan berskala nasional di Jakarta yang rutin diadakan setiap tahun. Pengunjungnya pun tidak hanya berasal dari dalam kota atau dalam negeri, tetapi banyak pengunjung dari mancanegara.
Di antara ratusan stand peserta pameran ada satu booth  yang menarik perhatian saya. Booth ini menjual suvenir-suvenir seperti dompet, tas kecil, tas mukena, dan sejenisnya. Yang membuatnya istimewa adalah, semua kerajinan itu merupakan hasil karya dari saudara-saudara kita yang difabel tadi. Dan, jangan kaget, ternyata kualitasnya sangat dapat dipertanggungjawabkan.
Terbukti dari tas mukena yang saya beli pada saat itu, sampai sekarang (mungkin sudah sekitar lima tahun lebih) masih saya gunakan dan kondisinya tetap bagus seperti pada saat saya pertama kali membelinya. 

Inilah bukti bahwa mereka mampu berkarya, membuat perubahan khususnya untuk memperbaiki taraf hidup mereka, meskipun dengan kondisi yang “berbeda” dari orang kebanyakan.

Contoh lain, saat ini sudah rutin diadakan program Car Free Day (CFD) di berbagai kota.
Saya lumayan sering mengikuti CFD di Bekasi, baik untuk berolahraga maupun hanya sekedar berwisata kuliner sambil bersilaturahim dengan teman-teman yang ikut membuka lapak di area CFD. 

Salah satu lapak yang cukup ramai adalah lapak pecel Madiun dari KUBE PENCA (Kelompok Usaha Bersama Penyandang Cacat) yang dikomandani oleh mbak Paini, seorang tuna daksa.
Mbak Paini mendirikan KUBE PENCA bersama tiga orang rekannya sesama difabel dan memproduksi berbagai jenis makanan ringan, aksesoris, dan jilbab untuk dijual. Setiap hari Ahad mbak Paini dan rekan-rekannya ikut meramaikan CFD di Bekasi. Selain dengan membuka lapak pecel Madiun beberapa rekannya juga membawa kue-kue kering untuk dijajakan kepada para pengunjung CFD di sepanjang jalan A. Yani, Bekasi.

Sebagai orang normal, tentu saja saya salut dengan semangat mereka, dan sekaligus malu kepada diri sendiri yang masih sering dilanda kemalasan dalam berkarya.
Tapi apakah hanya cukup dengan salut dan malu saja? Tentu saja tidak, kawan.

Saya, yang dulunya adalah karyawati di sebuah BUMN ternama negeri ini, dan saat ini memilih jalur wirausaha selain tugas utama sebagai ibu rumah tangga (dan hal ini membuat saya menjadi “berbeda” dengan teman-teman saya dulu di kantor), menyadari bahwa Allah telah menganugerahkan banyak karunia kepada saya, salah satunya melalui kemampuan menulis. Dan saya sangat sadar, bahwa dengan tulisan kita mampu membuat perubahan.

EndahWidowati.com

Bagaimana caranya?

Antara lain dengan membuat tulisan yang bermanfaat dan unik, memiliki ciri khas yang berbeda dari orang lain.
Oleh karena itu saya mulai berusaha meningkatkan kemampuan menulis dan kualitas tulisan saya.

Untuk membuatnya bermanfaat tentu saja tulisan itu harus disebarluaskan, bukan hanya disimpan di dalam folder komputer.
Jadilah saya menulis buku dan membuat blog.

Meskipun belum banyak buku saya yang diterbitkan, Alhamdulillah saat ini sedang memasuki proses editing oleh penerbit untuk buku ketiga. Sedangkan untuk blog, saya banyak berbagi cerita tentang traveling, kesehatan, agama, buku, dan hikmah, selain tulisan-tulisan ringan seputar komunitas yang saya ikuti dan beberapa tips menulis.

Edelweiss Terakhir
Untuk apa saya melakukan itu semua?

Yang pasti untuk menyebarkan manfaat dan membuat perubahan serta mengajak banyak orang untuk melakukan perubahan yang positif, meskipun kadang-kadang tulisan saya itu dianggap “berbeda” dari tulisan sejenis lainnya.

Demikianlah kawan, kita semua harus yakin, bahwa kita mampu melakukan banyak hal baik, berkarya untuk perubahan, meskipun dalam perbedaan.

Semoga tulisan yang sedikit ini pun dapat memberikan manfaat yang banyak bagi kita semua.

Aamiin.


***


Lomba Blog 4TahunKEBerkarya
Lomba Blog 4TahunKEBerkarya







Related Posts:




Tidak ada komentar:

Posting Komentar