Senin, 31 Desember 2012

Refleksi

Katanya, malam ini malam tahun baru.
Katanya, harus dirayakan dengan membakar petasan dan kembang api di sana sini, konser musik di mana-mana, suara terompet bersahut-sahutan, konvoi kendaraan bermotor di seluruh kota, dan berbagai kegaduhan lainnya.

Kataku, malam ini tidak ada yang istimewa (sinis ya? biarin! hehehe…)
Kataku, setiap malam -yang berarti menuju pergantian hari- adalah persiapan untuk esok yang harus lebih baik, supaya kita tidak menjadi orang yang merugi atau bahkan celaka.

Dulu, saat masih menjadi karyawan di sebuah perusahaan besar, pergantian tahun masehi sama artinya dengan kesibukan “menghitung” nilai kinerja pada tahun yang akan berlalu dan menyusun target untuk tahun berikutnya, -tentu saja- target dan angka-angka itu sudah di-”drop” dari atas.
Awal tahun ini, 2012, aku merasakan untuk pertama kalinya menyusun target (istilah anak sekarang: RESOLUSI) untuk unit usaha milik sendiri.
Ahaaa… sounds good yah .
Meski belum seluruhnya berbentuk kuantitatif, ternyata pencapaiannya nggak jelek-jelek amat kok.
Dari lima kategori besar target untuk Divisi Profit
, empat tercapai dan satu tidak dilanjutkan karena sudah tidak relevan lagi.
Namun, sebagai gantinya, ada beberapa pencapaian yang sangat patut disyukuri, antara lain
terbitnya buku pertamaku dan terpilihnya salah satu tulisanku sebagai nominator dalam sebuah event.
Selain itu, di tahun 2012 ini banyak kesempatan yang kuperoleh untuk bertemu para penulis hebat ataupun bersepakat untuk bekerjasama dalam suatu event dan langsung bertukar buku dengan mereka.

Sedangkan untuk pencapaian dari Divisi Non Profit, dari tiga bidang besar yang dikelola ternyata dua bidang jauh melampaui target yang ditetapkan, sedangkan satu bidang yang lain masih “so… so…” saja, alias hampir tidak ada peningkatan. Hiks…
Sedikit dokumentasi kegiatan untuk divisi non profit ada di beberapa tulisan berikut:
*
Selalu Ada Kesempatan
*
Ke Ujung Utara Bekasi
*
Untuk Sahabat

Lantas, bagaimana selanjutnya?
Tanpa bermaksud riya’, tentu saja harus ada pelajaran dan hikmah yang bisa diambil, bahwa:
  • FOKUS itu penting!
Memang, euforia “pindah kuadran” dari karyawan menjadi business owner sempat membuatku sedikit “kalap” dengan berusaha menyabet sebanyak mungkin peluang yang lewat di depan mata.
Namun seiring berjalannya waktu dan bertambahnya kematangan berpikir, satu per satu peluang itu akhirnya tersusun sesuai tingkat prioritasnya dan sebagian lagi tereliminasi. Saat ini hanya ada sedikit unit usaha yang langsung kutangani sehingga bisa lebih fokus.
Yang lainnya?
Hmm… serahkan saja pada ahlinya, misalnya melalui sistem konsinyasi, distributor, keagenan, reseller, dan sejenisnya. Dan ternyata dengan sistem-sistem ini selain menghemat banyak resources kita juga punya kesempatan berbagi rizqi dengan banyak pihak.
  • Penting untuk mencari teman yang “sejalan”
Rasanya sudah cukup jelas bahwa kalau kita memiliki visi akan sesuatu hal, tentu saja akan lebih mudah mencapainya bila kita bergerak bersama-sama dengan mereka yang bervisi sama.
Namun, adakalanya, meskipun kita sudah berada dalam barisan yang sama, belum tentu semuanya memiliki visi yang sama. Oleh karenanya kita harus pandai-pandai memilih kawan seperjuangan, yang bisa saling memperkuat dan bukan justru melemahkan satu sama lain (jadi ingat tagline andalan dari seorang sahabat hebat akhir-akhir ini: “Bersama kita bisa dan kuat”).
  • Jangan lupakan PASSION
Bisa dimaknai sebagai suatu keinginan atau kecenderungan yang sangat besar terhadap sesuatu.
Ini adalah alasan yang kukemukakan terhadap mantan atasan di tempat bekerja dulu pada saat mengajukan permohonan pensiun dini.
Meskipun kondisi di tempat bekerja dan karirku sebenarnya baik-baik saja, tetapi passion yang berada jauh di luar sana membuat sebagian besar pikiran dan energi tersita untuk hal-hal di luar pekerjaan kantor.
Tentu saja hal ini sangat tidak nyaman.
Dan setelah berada di luar sini, ketakutan yang selalu digembar-gemborkan orang bahwa “sulit untuk keluar dari zona nyaman” sama sekali tidak terbukti.
Memang benar aku keluar dari zona nyaman, tetapi untuk masuk ke zona yang lebih nyaman.
Alhamdulillah .
  • Terus meningkatkan kualitas diri dan berpikir positif
Tentu belum lupa ‘kan, bahwa Rasulullah Shallallahu Alayhi wa Sallam bersabda bahwa: “Siapa yang hari ini sama seperti hari kemarin maka dia orang yang merugi. Siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin maka dia orang yang beruntung. Maka siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka dia orang yang terlaknat”, serta sebuah Hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a.: “Rasulullah Shallallahu Alayhi wa Sallam bersabda: Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku dan Aku selalu bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku pun akan mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam suatu jama’ah manusia, maka Aku pun akan mengingatnya dalam suatu kumpulan mahluk yang lebih baik dari mereka. Apabila dia mendekati-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta. Apabila dia mendekati-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Dan apabila dia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari.” (Shahih Muslim No.4832).
Hal tersebut merupakan motivasi bagi kita untuk selalu berusaha lebih baik dan bersikap optimis, karena sesungguhnya pertolongan Allah sangatlah dekat.

Jadi kawan, begitulah, hari terus berganti, waktu terus berjalan, jatah usia kita pun semakin berkurang, sementara masih banyak amal baik yang belum kita perbuat.
Jangan sia-siakan kesempatan yang ada dengan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat.
Mari berbuat lebih baik lagi dari waktu-waktu yang telah berlalu dan selalu menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Insya Allah.

Bekasi, jelang 01 01 13
*ditulis di tengah bisingnya petasan bersahut-sahutan*

Sabtu, 19 Mei 2012

My First Book: “Edelweiss Terakhir” – A Long Process

Sudah lama juga blog ini belum bertambah isinya.
Sekitar tiga bulan-an ya?
Hmmmm….. more than enough time to share many stories.

Banyak catatan manis selama tiga bulan ini, baik itu bersama teman-teman Tangan Di Atas, JAWARA dan WAKALA, para penulis hebat, teman-teman almamater (ALSTE, SPEGA, FAST, TELKOM), adik-adik TPQ Al Insyiroh, berbagai komunitas sosial, dan banyak lagi yang lain, terutama bersama keluarga… *kedipkedip*.

Salah satu pencapaian yang cukup luar biasa bagi saya adalah terbitnya buku pertama saya, “EdelweissTerakhir” di Bulan Maret 2012.

Edelweiss Terakhir
Edelweiss Terakhir

Awalnya memang terasa tidak mungkin, meskipun saya sudah mencanangkan niat untuk punya karya yang “beda” dan tetap mendatangkan manfaat sebelum usia “kepala empat” (bukankah sebaik-baik manusia itu adalah yang bermanfaat bagi orang lain, teman?).
Dan Alhamdulillah, ternyata Allah meridhoi niat ini.