Selasa, 04 Agustus 2015

Mereguk Nikmat Ramadhan di Tanah Suci (1)

Berkesempatan menjalankan ibadah pada Bulan Ramadhan di Tanah Suci (Mekkah dan Madinah) adalah hal yang sangat istimewa dan selalu kami tunggu-tunggu. Setiap kesempatan berada di sana selalu memberikan pengalaman dan cerita yang berbeda.

Mengapa istimewa?    

Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam sendiri pernah bersabda:
Sesungguhnya umrah di bulan Ramadhan seperti berhaji bersamaku” (HR. Bukhari no.1863).
Bayangkan, sahabat, berhaji saja sudah sedemikian besar keutamaan dan pahalanya, apalagi berhaji bersama Rasulullah. Masya Allah, siapa yang tak ingin merasakannya?   
Maka tak heran bila pada Bulan Ramadhan Masjid Nabawi dan Masjidil Haram selalu penuh sesak dan semakin sesak pada sepuluh malam terakhirnya (sangat kontras dengan kondisi kebanyakan masjid-masjid kita ya ...).
Sesaknya kedua masjid ini adalah sesak yang berbeda, karena membawa nikmat. Meskipun dengan kondisi berjubel-jubel, seluruh jama'ah tetap dapat melaksanakan ibadah dengan baik dan khusyu'.


Masjidil Haram

Bulan Ramadhan sendiri memiliki banyak keutamaan, diantaranya:
  • Bulan diturunkannya Al Qur’an
"Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil) ..." (Surat Al Baqarah: 185).
Dalam Kitab Shahih Al Bukhari diriwayatkan bahwa tatkala usia Rasulullah mendekati 40 tahun beliau mulai suka mengasingkan diri. Beliau biasa membawa roti yang terbuat dari gandum dan bekal air menuju Gua Hira' yang terletak di Jabal Nur, yaitu sejauh hampir 2 mil dari Mekkah.


Jabal Nur (Gua Hira')

Ketika pengasingannya (uzlah) di Gua Hira' memasuki tahun ketiga, tepatnya di Bulan Ramadhan, Allah menghendaki rahmat-Nya terlimpahkan kepada segenap penduduk bumi, lalu dimuliakanlah beliau dengan mengangkatnya sebagai nabi, lalu Jibril turun kepadanya dengan membawa beberapa ayat Al Qur'an.

  • Diwajibkan berpuasa pada bulan ini
Meskipun sedang dalam kondisi bersafar, sebagian besar jama'ah memilih untuk tetap berpuasa.
Melaksanakan puasa dengan kondisi temperatur yang sangat panas (berkisar antara 40-50 derajat Celcius) dan waktu siang yang lebih lama memberikan pengalaman tersendiri yang tak mungkin terlupakan.
Benar-benar ujian fisik (dan mental) bagi kita yang berasal dari negara dengan iklim yang relatif lebih 'bersahabat'.
Namun, semua kesulitan seakan sirna pada saat berbuka puasa.
Nikmatnya tiada terkira ...


Ifthar di Masjid Nabawi
  • Pintu langit dibuka dan pintu–pintu neraka ditutup 
Rasulullah Shallallahu 'Alayhi wa Sallam bersabda, "Apabila telah datang bulan Ramadhan, pintu-pintu langit dibuka, sedangkan pintu–pintu neraka akan ditutup, dan setan dibelenggu" (HR. Bukhari dan Muslim)

  • Diampuninya dosa–dosa
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa–dosanya yang telah lalu“ (HR. Bukhari dan Muslim )


Thawaf Mengelilingi Ka'bah
  •  Dilipatgandakan pahala pada Bulan Ramadhan
Ibnu Rajab Rahimahullah berkata (Abu Bakr bin Abi Maryam menyebutkan bahwa banyak guru–gurunya yang berkata: apabila telah datang bulan Ramadhan maka perbanyaklah berinfaq, karena infaq pada bulan Ramadhan dilipat gandakan bagaikan infaq fi sabilillah, dan tasbih pada bulan Ramadhan lebih utama daripada tasbih di bulan yang lain).

Dijanjikannya pahala yang berlipat ganda ini mendorong kaum muslimin untuk berlomba-lomba bersedekah.
Di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, pada saat menjelang waktu berbuka puasa (Maghrib) akan terlihat banyak sekali kelompok-kelompok yang menyediakan makanan untuk ifthar (buka puasa) dan bahkan berebut mempersilakan jama'ah untuk bergabung bersama kelompok mereka;


Ifthar di Halaman Masjid Nabawi 

 Ifthar di halaman masjid banyak menjadi 'incaran' jama'ah dari Indonesia, karena menunya lebih beragam, termasuk menu makan 'berat' (seperti nasi briyani) dan buah-buahan yang sangat menggiurkan (jeruk sunkist, apel, anggur, pisang, dan lain-lain). 

Nikmat sekali ...
  • Lailatul Qadr ada di Bulan Ramadhan
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar " (Surat Al Qadr: 1-5)


Purnama di atas Masjid Nabawi
Seribu bulan?
Setara dengan 83 tahun!
Sungguh, benar-benar malam yang sangat istimewa bila kita bisa mendapatkan pahalanya.
Tak heran, pada sepuluh malam terakhir jama'ah semakin memenuhi kedua masjid ini untuk mendapatkan kemuliaannya.

***
 
Itu saja?
Tentu saja tidak.
Masih ada keutamaan-keutamaan lainnya yang membuat ibadah Ramadhan kita memiliki nilai 'lebih'.
Penasaran?
Tunggu lanjutannya ya, sahabatku :)
***

* Update:

Bagian kedua dari tulisan ini: 
"Mereguk Nikmat Ramadhan di Tanah Suci (2)"


***

Referensi:
  • Al-Qur'anul Karim & Terjemahnya - Edisi Doa, Cicero Publishing, Jakarta, 2010.
  • Perjalanan Hidup Rasul yang Agung, Muhammad - Dari Kelahiran Hingga Detik-detik Terakhir, Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfury, Darul Haq, Jakarta, 2005.
  • www.rumaysho.com
  • www.voa-islam.com





Related Posts:




Tidak ada komentar:

Posting Komentar