Kamis, 05 Januari 2017

Singgah di Negeri Sebelah (Part 1: Kuala Lumpur)

Catatan perjalanan ini sengaja diberi judul "singgah", karena memang hanya sejenak.
Sekadar untuk melepaskan kepenatan dan mencari inspirasi sambil memanfaatkan libur long week end pada tanggal 24-26 Desember 2016 yang lalu.
Tujuannya pun tidak terlalu jauh, hanya di seputar Kuala Lumpur dan Melaka, Malaysia.
Dan karena destinasinya relatif dekat serta tak asing bagi kami, maka perjalanan dilakukan ala backpacker (dalam arti: segala rencana, persiapan, dan pelaksanaan perjalanan kami atur sendiri, tanpa bergabung dengan agen wisata).


Seperti traveler pada umumnya, rencana perjalanan dimulai dengan memesan tiket pesawat dan hotel. Kali ini maskapai low-cost carrier, Air Asia dari Jakarta (CKG) ke Kuala Lumpur (KUL) menjadi pilihan kami. Pemesanan tiket dilakukan langsung melalui web Air Asia.
Kami memperoleh harga relatif murah (sudah termasuk pemesanan makanan dan asuransi perjalanan) meskipun sudah memasuki peak season, karena pemesanan dilakukan jauh-jauh hari sebelumnya.
Sedangkan untuk menginap di Kuala Lumpur kami memilih Hotel Capitol yang terletak di kawasan Bukit Bintang. Hotel ini cukup familiar dan sudah pernah kami inapi sebelumnya. Pemesanan dilakukan secara onlinmelalui situs Traveloka.

Ini catatan perjalanan kami ...

Hari Pertama (Jakarta - Kuala Lumpur) 

Dengan memilih jadwal penerbangan siang hari dari Soekarno - Hatta International Airport (SHIA/Soetta) kami mendarat di Kuala Lumpur International Airport 2 (KLIA2) pada sore harinya (lama perjalanan sekitar dua jam).
Antrian imigrasi sangat mengular saat itu (kalo ngga mau dibilang parah!), entah karena bertepatan dengan jam pergantian shift petugas atau karena masa libur panjang (di Malaysia juga sedang berlangsung libur panjang sekolah, sama seperti di Indonesia), atau mungkin juga karena lambatnya proses imigrasi.
Ujian kesabaran masih ditambah pula dengan kelakuan sebagian pengantri (kebanyakan berwajah India atau serumpunnya) yang doyan menyerobot antrian.

Tips: selain boarding pass (tiket keberangkatan) selipkan pula tiket kepulangan di dalam paspor untuk meminimalkan pertanyaan petugas dan mempercepat proses pemeriksaan di loket imigrasi.
* Jangan lupa pasang wajah PD (percaya diri) 😉.

Dari KLIA2 kami memilih menumpang taksi dengan membeli kupon di loket-loket yang tersedia. Tarifnya RM 75.10 untuk dua orang tanpa bagasi (karena kami masing-masing hanya membawa satu buah ransel beroda plus satu tas sejenis tote bag yang saya cangklong).
Agak heran juga sih, karena beberapa waktu yang lalu kami naik taksi dengan tujuan yang sama tapi tarifnya lebih mahal, yaitu RM 80. Ternyata sekarang justru lebih murah (mungkin tergantung cara bernegosiasi dengan petugas loketnya juga. He he he ...).
By the way, jangan dibayangkan taksinya sebagus taksi-taksi di Jakarta yaa.

* Note
Kurs pada saat kami menukar mata uang Rupiah ke Ringgit Malaysia: RM 1 = Rp 3035. 

Oh ya, alternatif transportasi yang lain menuju ke Bukit Bintang adalah bus (dengan tujuan Stasiun KL Sentral, tarifnya RM 11/orang dewasa) atau kereta ke Stasiun KL Sentral (KLIA Ekspres dengan tarif RM 55/orang dewasa - one way atau RM 100/orang dewasa - return) dilanjutkan dengan monorail dari KL Sentral ke Stasiun Bukit Bintang.

Perjalanan cukup lancar dengan sedikit traffic jam di dalam kota Kuala Lumpur terutama mendekati area Bukit Bintang (sama seperti di Jakarta, pusat kota identik dengan pusat kemacetan).

Proses check in di Hotel Capitol berlangsung lumayan cepat. Hanya dengan menunjukkan bukti booking (print out atau screenshot di ponsel) dan paspor. Kami tidak dimintai deposit (mungkin karena sudah membayar lunas pada saat online booking) berbeda dengan tamu sebelum kami yang dimintai deposit.
Kamar yang diberikan sesuai dengan requirements yang kami tulis pada saat pemesanan di Traveloka (kamar bebas asap rokok, no connecting door, double bed, pemandangan Twin Towers).  

Tips: bila memesan hotel secara online, jangan lupa menuliskan requirements pada kolom yang disediakan, karena meskipun belum tentu semuanya terpenuhi tapi setidaknya bisa menjadi bahan negosiasi sewaktu kita check in.

Hotel ini sangat kami rekomendasikan, karena selain lokasinya yang strategis di area Bukit Bintang, sangat dekat dengan stasiun monorail Bukit Bintang (terdapat akses langsung ke stasiun melalui Plaza Low Yat yang terletak di depan hotel sehingga kita tak perlu berjalan kaki memutar terlalu jauh), kamarnya pun nyaman dan bersih (bisa meminta kamar dengan pemandangan menara kembar Petronas/Twin Towers). Kelebihan lain adalah menu sarapan yang enak dan bervariasi (selain nasi lemaknya yang selalu mantap, berbagai menu lain juga harus dicoba). Para petugasnya cukup ramah dan responsif (ketika salah satu gadget kami bermasalah dengan akses WiFi petugas resepsionis membantu dengan sigap sampai akhirnya memberikan direct access tanpa password khusus untuk gadget tersebut).

Sebagai wisatawan mandiri, menyiapkan itinerary (rencana perjalanan) adalah hal yang (hampir) diharuskan.
Tapi -seperti yang sering kami alami- itinerary tetaplah sebagai itinerary. Pada kenyataannya perjalanan dilakukan sesuai dengan mood kami saat itu. Inilah nikmatnya melakukan perjalanan mandiri, lebih fleksibel dan tidak terikat jadwal seperti bila bergabung dengan open trip dari agen perjalanan.

Karena sampai di hotel sudah mendekati waktu sholat Maghrib untuk Kuala Lumpur (sekitar pukul 19.00), setelah beristirahat sejenak, mandi, dan sholat kami pun bersiap-siap menjelajah kembali.
Tujuannya adalah ke KLCC (meskipun dalam itinerary tertulis banyak destinasi lain, tak hanya KLCC).
Aksesnya menggunakan kereta monorail dari Stasiun Bukit Bintang (pada saat membeli koin/tiket kita pilih tujuan Bukit Nanas, tarifnya RM 0.8/orang). Dari Stasiun Bukit Nanas dilanjutkan berjalan kaki menyusuri koridor panjang yang terhubung ke Stasiun Dang Wangi, kemudian membeli tiket/koin lagi untuk kereta Kelana Jaya dengan tujuan KLCC (tarifnya RM 1.5/orang).

Tips
  • Siapkan uang pecahan kecil untuk mempercepat pembelian tiket melalui mesin penjual tiket otomatis
  • Gunakan alas kaki yang nyaman untuk berjalan kaki (sepatu kets atau sandal gunung cukup bisa diandalkan) kalau kita merencanakan untuk menjelajah dengan menggunakan mass public transport seperti kereta atau bus
  • Bila kita datang di musim hujan jangan lupa membawa payung (lipat, yang bisa dimasukkan ke dalam tas, karena payung panjang tidak diperbolehkan untuk dibawa naik ke kabin pesawat), atau bisa juga membeli payung di sana seperti yang kami lakukan
KLCC dan Bukit Bintang merupakan salah dua pusat keramaian di Kuala Lumpur, apalagi saat itu adalah tanggal 24 Desember malam. Ribuan manusia dari berbagai bangsa tumpah ruah di dalam dan di seputar mal Suria KLCC.
Kami langsung menuju area luar Suria KLCC di mana terdapat atraksi air mancur menari (nama resminya: Lake Symphony Fountain atau Tasik Simfoni - dalam Bahasa Melayu).
Meski saat itu hujan turun rintik-rintik namun para penonton tetap tak beranjak dari tempatnya di seputar area air mancur. Beberapa lagu diputar mengiringi tarian air mancur yang berlenggak-lenggok dihiasi sinar lampu berwarna-warni.
Koreografi yang tak pernah membosankan untuk dipandang.


Setelah puas menikmati hiburan Tasik Simfoni, merekam, dan berfoto dengan latar belakang Twin Towers yang berkelap-kelip cantik di malam hari, selanjutnya kami berburu kuliner di Suria KLCC. Food court pun menjadi tujuan. Dan seperti dugaan semula, di tempat makan ini pun berjejal-jejal manusia dari berbagai belahan dunia (lebay ah!).
Alhamdulillah, dari sekian banyak meja yang sudah penuh oleh pengunjung kami dapat menemukan satu meja kosong dengan mudah.
Perjuangan selanjutnya adalah mencari menu yang sesuai dengan keinginan dan tidak terlalu mengantri.  
Setelah memutari seluruh area food court akhirnya saya tidak dapat menemukan menu yang sesuai 😓.  
Justru pak suami yang menemukannya di dekat meja yang sudah kami tempati tadi. 
Begitulah manusia, gajah di pelupuk mata sering tak tampak 😄.

Usai makan, karena malam sudah mulai larut dan badan pun meminta jatah istirahat, kami putuskan untuk kembali ke hotel.

Namun ternyata pertunjukan belum selesai ...

Pukul 23.59 malam, dari jendela kamar tampak kilatan kembang api di langit Kuala Lumpur berlatar belakang Twin Towers yang berkilau indah.
Cukup menghibur sebagai pengantar tidur kami.

Anggap saja ini adalah ucapan selamat dari KL atas peringatan tanggal pernikahan kami, tanggal 24 Desember.



Good night Kuala Lumpur, and ...

Happy wedding anniversary for us 😍😍.


***

* Bersambung ke:




Related Posts:




Tidak ada komentar:

Posting Komentar