Selasa, 31 Oktober 2017

Adab Berjalan - 2

Bersikap tawadhu' dan meninggalkan sikap sombong adalah salah satu adab yang harus dimiliki oleh seorang seorang muslim, termasuk dalam berjalan.
Hal ini telah dijelaskan dalam tulisan sebelumnya, 'Adab Berjalan - 1'.
Berikut ini akan dibahas adab-adab berjalan yang lainnya:


  • Berjalan normal
Yang dimaksud berjalan normal adalah pertengahan, antara berjalan terlalu lambat dan terlalu cepat.
Allah berfirman:
"... Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS. Luqman: 18).
Ibnu Katsir berkata, "Maksudnya, berjalan biasa saja, tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat. Namun, pertengahan di antara keduanya." (Tafsir Ibnu Katsir [III/585]).

  • Tidak menoleh ke belakang apabila berjalan
Sesungguhnya apabila Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam berjalan, beliau tidak menoleh ke belakang. (Disebutkan dalam Shahiihul Jaami' [4870] dan menisbatkannya kepada Ibnu Sa'ad, al-Hakim, dan Ibnu Asakir dari Jabir Radhiyallahu 'anhu).
Maka kewajiban setiap muslim adalah meneladani Nabi Shallallahu 'Alaihi 'Wasallam, sebab kadang seeorang mengalami sesuatu yang dibenci apabila ia menoleh ke belakang. Atau mungkin saja ia akan bertabrakan, tergelincir, dicurigai orang yang melihatnya, dan sebagainya.

  • Tidak berpura-pura khusyu' (lemah) ketika berjalan
Jangan berpura-pura khusyu' dengan tujuan agar dilihat manusia ketika berjalan. Demikian juga tidak boleh berpura-pura sakit sebab kedua hal itu dapat mengundang kemarahan Allah Ta'ala.
Hendaknya seseorang berjalan dengan kuat (bertenaga) untuk melaksanakan hajatnya. 
'Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu pernah melihat seorang pemuda berjalan dengan gaya seperti orang sakit. Beliau bertanya, "Apakah engkau sakit?" Pemuda itu mnejawab: "Tidak." Mendengar jawaban itu 'Umar pun mengangkat cambuknya dan memukul pemuda itu dengannya, lalu beliau memerintahkannya agar berjalan dengan tegar.

  • Berjalan dengan kuat (bertenaga)
Hendaklah setiap muslim berjalan dengan tegar seperti cara jalan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Sesungguhnya beliau berjalan dengan tegar. (HR. Muslim [2330] dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu).
Maksudnya, beliau mengangkat kedua kakinya tinggi-tinggi karena tegapnya beliau dalam berjalan, seakan-akan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam berjalan dengan bertumpu pada pangkal telapak kakinya.
Beliau berjalan dengan tegap, tidak seperti berjalannya kaum wanita yang berlenggak-lenggok dan lemah gemulai atau seperti berjalannya orang yang sakit dan loyo.
Cara berjalan seperti ini (tegar) lebih dekat kepada roh Islam karena padanya tampak kekuatan seorang muslim di hadapan manusia.
Sebagaimana dimaklumi bahwa mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.


(Bersambung).

***
Baca juga:

***

Sumber:
'Ensiklopedi Adab Islam Menurut al-Qur'an dan as-Sunnah - Jilid 2', 'Abdul 'Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada, Pustaka Imam Asy-Syafi'i, Jakarta, Januari 2013 M.

***

#ODOPOKT25
#BloggerMuslimahIndonesia




Related Posts:




Tidak ada komentar:

Posting Komentar