Rabu, 25 Oktober 2017

Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 11

Rasulullah menganjurkan kita untuk bersafar pada malam hari. Mengapa?
Hal ini telah dibahas dalam tulisan sebelumnya: 'Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 10'.
Berikut ini akan dibahas adab-adab bersafar yang lainnya:

  • Menjauhkan diri dari perbuatan maksiat
Meninggalkan perbuatan maksiat (yang besar maupun kecil) wajib hukumnya setiap waktu. Hanya saja, musafir kadang kala dibujuk dan dirayu oleh syaitan untuk jatuh ke dalam perbuatan maksiat, bahkan syaitan menggambarkan indahnya perbuatan maksiat itu kepadanya. Terlebih lagi di tempat di mana tak seorang pun dapat mengenalinya. Syaitan akan terus merayunya agar jatuh dalam perkara yang buruk.
Berapa banyak wanita-wanita yang menjaga hijab (jilbab) dan menutup aurat di negerinya, namun ketika keluar dari negerinya ia membuka hijab dan menampakkan aurat tubuhnya, bahkan berani berbuat maksiat.
Berapa banyak laki-laki yang keluar dari tempat tinggalnya lalu mendatangi tempat-tempat munkar, memakai pakaian orang-orang fasik, serta menghabiskan harta dan waktunya untuk bermaksiat kepada Allah.
Hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut malu terhadap manusia, bukan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sungguh, akhlak ini sangat buruk.
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala melihatnya di mana saja ia berada.
Kalau ia benar-benar malu kepada Allah, niscaya ia akan malu berbuat maksiat kepada-Nya, baik ketika mukim ataupun safar, baik dalam rombongan maupun sendirian.
  • Memperbanyak doa
Doa adalah perkara yang harus diperhatikan oleh setiap Muslim di setiap waktu.
Hendaklah seorang Muslim memperbanyak doa terlebih lagi pada waktu-waktu yang mustajab.
Sesungguhnya doa seorang musafir itu mustajab, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam:
"Ada tiga doa yang mustajab, tidak ragu lagi doanya akan dikabulkan di antaranya adalah doa keburukan orang tua kepada anaknya, doa seorang musafir, dan doa orang yang terzhalimi."
Hendaklah seorang musafir memperbanyak doa untuk dirinya, keluarganya, saudara-saudaranya, dan seluruh kaum Muslimin dengan meminta kebaikan dunia dan akhirat, dengan memperhatikan adab-adab berdoa.
  • Bersegera untuk kembali
Hendaknya seseorang segera kembali ke rumah setelah menyelesaikan hajat dari safarnya. Jika ia pergi bersafar untuk tujuan tertentu, maka disunnahkan baginya untuk segera kembali ke negerinya begitu ia selesai menunaikan hajatnya.
Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam:
"Safar adalah bagian dari adzab karena seseorang terhalang dari makan dan minumnya serta tidurnya, maka jika salah seorang telah menunaikan kepentingannya, hendaklah ia segera pulang kepada keluarganya." (HR. Al-Bukhari [1804] dan Muslim [3001] dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu).
  • Membawa hadiah untuk keluarga
Membawa hadiah merupakan petunjuk para Salaf.
Adab ini termasuk salah satu bentuk kasih sayang kepada keluarga, menjaga perasaan mereka, membuat mereka senang, serta sebagai pengganti bagi mereka atas kepergiannya.
  • Tidak pulang ke rumah pada malam hari 
Hendaknya seorang musafir tidak pulang pada malam hari kecuali jika ia telah mengabarkan kepada keluarganya terlebih dahulu atau telah menghubunginya dengan telepon. 
Adapun mengejutkan mereka dengan kedatangan pada malam hari terlebih lagi bila kepergiannya sudah cukup lama, maka hal itu dilarang.
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah melarang seorang laki-laki pulang ke rumahnya pada malam hari (sepulang dari safar). (HR. Al-Bukhari [1801] dan Muslim [1928] dari Jabir Radhiyallahu 'anhu). 
Kadang kala timbul prasangka dari isteri bahwa suaminya sedang memata-matainya, yaitu mencurigainya berbuat khianat dan ingin memergokinya.
Kadang-kadang sangat mengejutkan mereka dengan ketukan pintu atau suara bel, tanpa ada gambaran atau perhitungan sebelumnya.
Bisa jadi isterinya itu belum siap menyambut kepulangannya karena belum mengurus dirinya sehingga suami dapat melihat sesuatu yang tidak disukainya.
Namun jika ia bersafar pada pagi hari dan pulang pada malam hari sementara keluarganya mengetahui hal itu, maka tidak mengapa baginya, in sya Allah.

(Bersambung). 

***

Sumber:
'Ensiklopedi Adab Islam Menurut al-Qur'an dan as-Sunnah - Jilid 2', 'Abdul 'Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada, Pustaka Imam Asy-Syafi'i, Jakarta, Januari 2013 M.

***

Baca juga:
***

#ODOPOKT20
#BloggerMuslimahIndonesia



Related Posts:




Tidak ada komentar:

Posting Komentar