Minggu, 22 Oktober 2017

Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 9

Pada tulisan sebelumnya: 'Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 8' telah dibahas mengenai doa dan dzikir ketika bersafar.
Selanjutnya pada tulisan ini akan dijelaskan mengenai beristirahat dalam melakukan safar.


  • Istirahat di tengah perjalanan
Hendaknya musafir beristirahat di tengah perjalanan, terlebih bila jarak safarnya sangat jauh. Oleh karenanya setiap kali ada kesempatan hendaklah mereka berhenti, mengistirahatkan kendaraan, mobil, atau tunggangannya. Ketika beristirahat, mereka menyiapkan hal-hal yang perlu disiapkan (bahan bakar, air, dan lain-lain), atau memberikan makanan untuk hewan tunggangan, juga mengistirahatkan badan, menunaikan hajat, mencicipi hidangan makanan, minuman, dan sejenisnya.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
"Apabila kalian tengah melintasi tanah yang subur, maka berilah bagian kepada unta tunggangan untuk makan dari rumputnya ..." 
Hendaknya kita memperhatikan adab-adab ini agar alat transportasi yang digunakan bisa melewati berbagai kesulitan dalam safar.
Para musafir hendaknya juga tidur bila mampu. Sebab, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersafar lalu singgah pada malam hari, maka beliau pun berbaring di atas sisi kanan beliau. Sementara apabila singgah menjelang shubuh beliau menegakkan lengan dan meletakkan kepala beliau di atas punggung telapak tangan beliau." (HR. Muslim [683] dari Anas Radhiyallahu 'anhu).
Dalam hadits ini terdapat dalil dianjurkannya tidur untuk istirahat, bahkan dijelaskan pula tata cara tidur yang dianjurkan.

  • Doa singgah pada suatu tempat
Bila para musafir singgah di suatu tempat untuk beristirahat hendaklah mereka berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam:
"Barang siapa yang singgah pada suatu tempat kemudian mengucapkan: 'A'udzu bi kalimaatillahit taammaati min syarri maa kholaq' {Aku berlindung dengan kalimat Allah Yang Mahasempurna dari kejahatan mahuk-mahluk yang diciptakan-Nya), maka tidak ada yang mampu mengganggunya atau menyakitinya hingga ia beranjak dari tempat tersebut." (HR. Muslim [2708] dari Khaulah binti Hakim as-Sulamiyah).
Ini merupakan petunjuk yang baik, sebab terkadang manusia mendapat gangguan dari syaitan atau serangga-serangga yang menyakiti, atau yang lainnya, karena ia tidak berlindung dengan kalimat Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala adalah sebaik-baik pelindung.

  • Berkumpul ketika singgah untuk beristirahat
Jika para musafir singgah di suatu tempat untuk beristirahat maka disunnahkan bagi mereka berkumpul dan tidak berpencar-pencar agar tidak ada anggota rombongan yang terkena gangguan atau mudharat. Maksudnya, mendapat gangguan dari syaitan, manusia lain, hewan yang menyakiti, dan lain-lain. Oleh karenanya hendaknya mereka sebisa mungkin saling berdekatan.
Dahulu pada zaman Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, orang-orang berpencar-pencar di lembah-lembah dan kaki bukit apabila singgah di suatu tempat. Maka Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda kepada mereka:
"'Sesungguhnya berpencarnya kalian di lembah-lembah dan kaki bukit adalah dari syaitan.' Perawi berkata: 'Tidaklah setelah itu, jika mereka singgah pada suatu tempat, melainkan mereka akan berkumpul satu sama lainnya. Sampai-sampai, bisa dikatakan kalaulah dibentangkan atas mereka kain, niscaya akan cukup untuk menampung mereka semua'." (HR. Ahmad [IV/193], Abu Dawud [2628], dan al-Hakim [II/115] dan dishahihkannya serta disetujui oleh adz-Dzahabi dari Abu Tsa'labah al-Khasyani. Lihat kitab Shahiih Abi Dawud [2288]).
Ini adalah sunnah yang sangat agung dan indah, yang padanya terdapat kebaikan yang sangat banyak bagi siapa yang mengerjakannya.

  • Tidak mengambil tempat untuk istirahat di tengah jalan
Tidak bersitirahat di tengah jalan juga merupakan adab Islami.
Bila para musafir ingin beristirahat, hendaklah mereka menghindari tengah jalan. Sebaiknya mereka singgah di pinggirnya karena tengah jalan itu berbahaya.
Jalan yang dimaksud adalah jalan mobil atau jalan yang biasa dilalui alat transportasi umum. Kadang-kadang seseorang ditabrak mobil yang berjalan cepat. Terlebih lagi jika ada anak-anak kecil, kadang-kadang mereka menyerbu ke tengah jalan. Mungkin juga terdapat pada jalan tersebut serangga atau hewan yang mencari makanan manusia atau mencari jalan untuk lewat.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
"Jika kalian singgah pada malam hari, maka hindarilah bagian tengah jalan karena itu adalah lalu lintas bagi hewan-hewan tunggangan dan tempat bagi binatang-binatang (yang berbisa) pada malam hari." (HR. Muslim [1526] dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu).
"Hindarilah oleh kalian mengambil tempat singgah di tengah jalan, atau shalat di atasnya, karena itu adalah tempat lalu lalang ular dan binatang buas. Janganlah pula kalian buang hajat di atasnya karena perbuatan itu mengundang laknat." (HR. Ibnu Majah [329] dari Jabir Radhiyallahu 'anhu. Lihat kitab Shahiihul Jaami' [2673]).


***

Sumber:
'Ensiklopedi Adab Islam Menurut al-Qur'an dan as-Sunnah - Jilid 2', 'Abdul 'Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada, Pustaka Imam Asy-Syafi'i, Jakarta, Januari 2013 M.

***

Baca juga:
***

#ODOPOKT17
#BloggerMuslimahIndonesia



Related Posts:




Tidak ada komentar:

Posting Komentar