Sabtu, 14 Oktober 2017

Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 4

Dalam tulisan sebelumnya: 'Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 3' telah dibahas adab-adab bersafar antara lain yang terkait dengan harta untuk keluarga yang ditinggalkan.
Berikut ini beberapa adab bersafar lainnya yang berhubungan dengan teman bersafar.


  • Mengundi di antara isteri-isteri
Mengundi dilakukan apabila seorang laki-laki memiliki lebih dari satu isteri.
Siapa yang keluar undiannya berarti ia yang keluar bersamanya.
Sebagaimana yang dilakukan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam: "Jika hendak keluar (safar), beliau mengundi isteri-isteri beliau. Siapa yang keluar undiannya berarti ia yang keluar bersama Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam." (HR. Al-Bukhari [2879] dari 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha).
Pengundian perlu dilakukan unruk menutup pintu permasalahan dan kecemburuan di antara isteri-isteri, sebab tidak ada campur tangan suami dalam pengundian tersebut.
Sebagaimana dimaklumi bahwa safar itu panjang dan memakan waktu berhari-hari atau bahkan lebih sehingga seseorang membutuhkan keberadaan isterinya.
Adapun safar yang membutuhkan waktu beberapa jam atau satu hari saja, sebenarnya tidak perlu disertai isteri, kecuali bila safarnya berkaitan dengan isteri atau bersafar ke tempat yang terdapat fitnah sehingga membutuhkan kehadiran isterinya. 

  • Bersafar dengan teman-teman yang shalih
 Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam melarang bersafar sendirian. Beliau bersabda:
"Sekiranya manusia mengetahui bahaya (safar) sendirian seperti yang aku ketahui, niscaya tidak ada seorang pun yang bepergian pada malam hari sendirian." (HR. Al-Bukhari [2997] dari 'Abdullah bin 'Umar).
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga "melarang sendirian, yaitu melarang bermalam sendirian atau bersafar sendirian" (HR. Ahmad [II/91] dari 'Abdullah bin 'Umar. Silakan lihat kitab Shahiihul Jaami' [6919]).

Seorang musafir mungkin mengalami hambatan dalam perjalanan (kendaraan mogok, kecelakaan, dan lain-lain) sehingga ia butuh keberadaan seseorang yang menemani, membantu, menguatkan, dan meringankan bebanny.
Kadang-kadang ia juga bingung dalam menentukan suatu urusan sehingga diperlukan seseorang yang dapat membimbing ke arah yang terbaik.
Demikian juga kadang-kadang syaitan mempermainkannya ketika ia sendirian, atau mengganggu dan mendorongnya kepada perbuatan maksiat karena tidak ada seorang pun yang mengawasinya dari kalangan keluarga atau kerabat.
Oleh karena itulah seseorang harus diiringi oleh teman-teman yang shalih yang membantu dalam menyelesaikan urusan agama dan dunia.
Tidak selayaknya ia bersafar dengan teman-teman yang jahat, sebab ada kalanya mereka akan mengajak kepada maksiat dan memperindahnya hingga seolah-olah perbuatan maksiat itu bagus dalam pandangannya.
Terkadang pula kondisi dan perbuatan mereka sangat mengganggunya sehingga ia merasa sebal terhadap perilaku mereka yang tidak cocok dengan tabiatnya, yang membuatnya tersiksa, lalu ia melihat pada mereka hal yang ia benci.
Sesungguhnya safar merupakan suatu kondisi yang dapat menyebabkan perubahan akhlak dan perilaku yang buruk. 
 
  • Hendaklah teman tidak kurang dari tiga orang
Teman dalam safar minimal tiga orang. Dan itu merupakan kesempurnaan adab yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
"Bersafar sendirian seperti (perbuatan) syaitan. Bersafar berdua juga seperti (perbuatan) syaitan. Adapun bersafar bertiga, maka itulah rombongan yang ideal (jauh dari syaitan)." (HR. Malik dalam kitab al-Muwaththa' [1788], Ahmad [II/186], Abu Dawud [2607], at-Tirmidzi [1674] dan dishahihkannya, dan al-Hakim [II/102] dan dishahihkannya, serta disetujui adz-Dzahabi dari hadits 'Amr bin Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya. Lihat kitab Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah [hlm. 62]).
Hal itu jika bisa dipenuhi. Akan tetapi, Allah tidak akan membebani suatu jiwa, melainkan berdasarkan kesanggupannya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu ..." (QS. At-Taghaabun: 16). 


***

Sumber:
'Ensiklopedi Adab Islam Menurut al-Qur'an dan as-Sunnah - Jilid 2', 'Abdul 'Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada, Pustaka Imam Asy-Syafi'i, Jakarta, Januari 2013 M.

***

Baca juga:
***

#ODOPOKT11
#BloggerMuslimahIndonesia




Related Posts:




2 komentar:

  1. Wah baru tahu tentang hadits terakhir. Terimakasih sudah berbagi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, semoga bermanfaat ya mba.
      Terima kasih juga sudah berkunjung :)

      Hapus