Senin, 16 Oktober 2017

Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 5

Setelah membahas tentang memilih teman dalam bersafar pada tulisan sebelumnya: "Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 4", dalam tulisan kali ini akan dibahas mengenai doa bagi keluarga yang ditinggal bersafar dan pentingnya memilih pemimpin rombongan dalam melakukan perjalanan.


  • Mendoakan keluarga dan karib kerabat yang ditinggalkan
Hal ini dilakukan agar dapat menenangkan perasaan mereka.
Sebagaimana yang dicontohkan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam ketika hendak bersafar, beliau mengucapkan doa untuk keluarganya yang artinya:
"Aku menitipkan kalian kepada Allah yang tidak akan hilang titipannya." (HR. Ahmad [II/403] dan Ibnu Majah [2825] dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu. Lihat kitab Shahiihul Jaami' [958]).
Bila ia titipkan keluarganya kepada Allah, niscaya Allah akan menjaga mereka.
Kemudian mereka pun melepasnya dengan ucapan:
"Kami menitipkan kepada Allah agamamu, amanahmu, dan akhir dari amalanmu." (HR. Ahmad [II/25, 38], Abu Dawud [2600], dan an-Nasa-i di dalam al-Kahiir [V/10346] dari Ibnu 'Umar. Dikeluarkan juga oleh Ahmad [II/7], at-Tirmidzi [3443] dan dishahihkannya, dan Ibnu Majah [2826 dari Ibnu 'Umar. Silakan lihat kitab Shahiihul Jaami' [957]).
Karena NAbi Shallallahu 'Alaihi Wasallam melepas para Sahabat yang bersafar dengan ucapan tersebut maka keluarga Nabi pun mengatakan kepada beliau:
"Semoga Allah membekalimu dengan ketakwaan dan mengampuni dosa-dosamu, serta memudahkan bagimukebaikan di manapun engkau berada." (HR. At-Tirmidzi [3444] dan dihasankan olehnya, dan al-Hakim [II/97] dari Anas. Silakan lihat kitab Shahiihul Jaami' [2545]).
Seorang laki-laki dari kalangan Sahabat sebelum safar berkata keoada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam: "Berilah aku wasiat."
Nabi pun berkata:
"Aku wasiatkan kepadamu untuk bertakwa kepada Allah dan bertakbirlah setiap engkau mendaki."
Ketika laki-laki itu pergi, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam berdoa:
"Ya, Allah, dekatkanlah jarak perjalanannya dan mudahkanlah baginya di dalam safar." (HR. Ahmad [II/325], at-Tirmidzi [3445] dihasankannya, dan Ibnu Majah [2771], Ibnu Abi Syaibah [29608], al-Hakim [II/98] dan dishahihkannya serta disetujui oleh adz-Dzahabi, al-Baihaqi [V/251] dan Ibnu Khuzaimah [2561] dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu. Lihat kitab Shahiihul Jaami' [2545]).
  • Menunjuk seorang pemimpin bagi rombongan
Menunjuk seorang pemimpin bagi rombongan merupakan adab Islam yang sangat tinggi.
Adab ini memiliki banyak keutamaan yang hanya Allah saja yang mengetahui.
Berapa banyak orang yang merugi karena berselisih, bahkan berpecah belah disebabkan tidak adanya pemimpin dalam safar mereka.
Kadang kala timbul perselisihan antar anggota rombongan, maka pemimpin memilih yang terbaik bagi mereka sehingga urusan dalam perjalanan berjalan lancar.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan dalam sabdanya:
"Jika tiga orang keluar di dalam sebuah perjalanan, hendaklah mereka menunjuk salah seorang dari mereka untuk menjadi pemimpin." (HR. Abu Dawud [2608], Abu 'Awanah [V/117], dan adh-Dhiyaa' di dalam al-Mukhtaarah dari Abu Sa'id. Lihat kitab Shahiihul Jaami' [500]).
Sebaiknya seorang pemimpin adalah orang yang paling utama dalam rombongan, yang paling baik agama dan akalnya, paling santun, paling tabah, paling lembut, paling bijaksana, dan paling berpengalaman, sebab orang yang demikian akan lebih dekat kepada kebenaran dan lebih mampu memilih yang lebih baik.
  • Senantiasa mentaati pemimpin
Hendaknya semua musafir selalu mentaati pemimpin mereka selama ia tidak memerintahkan perbuatan maksiat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan selama ia memilihkan yang terbaik bagi mereka.
Karena rombongan telah menunjuknya sebagai pemimpin, maka tidak layak bagi mereka untuk menentangnya.
Sebaliknya, jika pemimpin itu memerintahkan untuk melanggar syari'at maka mereka tidak boleh mentaatinya.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
"Tidak ada ketaatan di dalam berbuat maksiat kepada Allah. Sesungguhnya ketaatan itu hanya kepada perkara yang ma'ruf."
Seorang pemimpipn tidak boleh memerintahkan kepada mereka sesuatu yang menyelisihi perintah Allah SUbhanahu Wa Ta'ala.


***

Sumber:
'Ensiklopedi Adab Islam Menurut al-Qur'an dan as-Sunnah - Jilid 2', 'Abdul 'Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada, Pustaka Imam Asy-Syafi'i, Jakarta, Januari 2013 M.

***

Baca juga:
***

#ODOPOKT12
#BloggerMuslimahIndonesia



Related Posts:




2 komentar:

  1. Wah saya baru tahu ada adab ini. Tapi kebiasaan saya kalau pergi selalu doakan yg di rumah juga biar sehat dan aman di rumah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mba, berdoa untuk keselamatan (yang pergi maupun yang ditinggal) memang sangat oenting diamalkan.
      Terima kasih sudah berkunjung ya mba :)

      Hapus