Kamis, 26 Oktober 2017

Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 12

Bersafar merupakan bagian dari adzab sebagaimana telah diuraikan dalam tulisan sebelumnya: 'Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 11'.
Pada tulisan ini yang merupakan bagian terakhir dari adab-adab di dalam perjalanan, akan dibahas mengenai kepulangan seorang musafir setelah bersafar.


  • Mengabarkan kepada keluarga tentang kepulangannya

Hendaknya seorang musafir memberi kabar baik dengan surat, melalui telepon, atau lainnya, bahwa ia sedang dalam perjalanan atau pulang pada hari ini atau saat ini, sehingga keluarganya dapat membuat persiapan untuk menyambutnya dan menyiapkan diri untuk itu.

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam berkata kepada Sahabatnya sekembalinya dari safar:
"... Tahanlah dahulu hingga kalian tidak masuk pada malam hari, yaitu waktu Isya', sehingga wanita yang acak-acakan rambutnya dapat bersolek dan merias rambitnya dan wanita yang sudah lama ditinggalkan dapat mencukur bulu kemaluannya." (HR. Al-Bukhari [5247] dan Muslim [1466] dari Jabir Radhiyallahu 'anhu).
Wajib bagi setiap Muslim mengikuti petunjuk Nabi yang sangat mulia ini. 

  • Menyambut musafir ketika ia kembali

Disunnahkan menyambut musafir ketika ia telah kembali, terlebih lagi jika safarnya itu menghabiskan waktu beberapa hari atau beberapa bukan.

Hendaklah karib kerabatnya keluar dengan membawa serta anak-anak untuk menyambutnya jika hal itu dapat dilakukan.

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, apabila beliau pulang dari safar, disambut oleh anak-anak dari keluarganya. (HR. Muslim [2428] dari 'Abdullah bin Ja'far).
  • Memeluk musafir ketika ia kembali

Anas Radhiyallahu 'anhu menceritakan: "Sahabat-sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, apabila saling berjumpa, mereka saling berjabat tangan dan jika kembali dari safar, mereka saling berpelukan." (HR. Ath-Thabrani dalam al-Ausath [1/no. 97], Al-Haitsami berkata dalam al-Majma' [VIII/36]: "Diriwayatkanath-Thabrani dalam al-Ausath dengan sanad yang shahih." Dishahihkan oleh al-Albani di dalam kitab as-Shahiihah.

Hal itu menunjukkan kegembiraan orang-orang atas kembalinya musafir tersebut, keinginan mereka untuk menemuinya, sehingga musafir tersebut merasa senang dan bahagia.

  • Mendatangi masjid untuk mengerjakan shalat sepulang dari safar

Hendaknya seorang Muslim mendatangi masjid sebelum pulang ke rumahnya, kemudian ia shalat dua rakaat.

Hal itu menunjukkan rasa syukur kepada nikmat Allah atas keselamatannya sampai di tempat.

Selain itu, memberikan waktu sedikit lebih lama kepada keluarganya untuk bersiap-siap menyambutnya.
Sesungguhnya Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam apabila kembali dari safar, beliau memulainya dengan mendatangi mesjid, kemudian shalat dua rakaat." (HR. Al-Bukhari [4418] dan Muslim [2769] dari Ka'ab bin Malik Radhiyallahu 'anhu).
Ini adalah sunnah yang sangat agung dan penuh berkah, namun sedikit yang mengamalkannya dar8 kalangan Muslim saat ini.
Di dalamnya terdapat berkah yang besar dari Allah Subhanahu wa Ta'ala bagu yang senantiasa mengerjakannya.

  • Membuat hidangan bagi orang-orang

Terlebih lagi jika ia bersafar dalam waktu yang panjang, pergi selama beberapa waktu kemudian kembali.
Bila ia memiliki kelapangan mengumpulkan keluarga dan tetangga untuk makan, maka hal itu adalah baik, sebab hal itu akan menghidupkan suasana gembira dan bahagia dengan kedatangannya. Sebagaimana hal itu juga menunjukkan rasa syukur atas nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam kembali pulang ke Madinah, beliau menyembelih seekor unta atau seekor sapi. (HR. Al-Bukhari [3809] dari Jabir Radhiyallahu 'anhu).
Tak diragukan lagi bahwa mengamalkan adab ini akan membawa pengaruh yang sangat baik dan sangat agung terhadap keluarga, tetangga, dan teman-teman. Walaupun sepertinya ia terbebani, tetapi manfaat dan pengaruhnya sangat bagus dibanding dengan apa yang telah dikeluarkannya. Terlebih lagi, hal itu termasuk sunnah.


(Selesai).

***

Sumber:
'Ensiklopedi Adab Islam Menurut al-Qur'an dan as-Sunnah - Jilid 2', 'Abdul 'Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada, Pustaka Imam Asy-Syafi'i, Jakarta, Januari 2013 M.

***
#BloggerMuslimahIndonesia



Related Posts:




Tidak ada komentar:

Posting Komentar