Minggu, 27 Agustus 2017

Khotbah Rasulullah pada Hari Raya Qurban

Dalam tulisan sebelumnya: 'Berhaji Seperti Rasulullah' telah dikisahkan mengenai wuquf, melempar jumrah al-'Aqabah, dan penyembelihan hewan qurban yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

RItual-ritul manasik haji apa lagi yang dilakukan oleh beliau?
Berikut ini lanjutannya ...


Di waktu Dhuha (hari sudah mulai siang) pada hari raya Qurban tanggal 10 Dzulhijjah itu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam berpidato di atas punggung bagal (peranakan kuda dan keledai) berwarna kelabu, sedangkan Ali menjadi penyambung lidahnya dan para jamaah saat itu ada yang berdiri dan ada pula yang duduk. [HR. Abu Daud, bab: Pada waktu apa Rasulullah berkhotbah di hari Nahr (penyembelihan), I/270].
Beliau menyampaikan kembali apa yang pernah beliau sampaikan kemarin.

Menurut ruwayat asy-Syaikhain (al-Bukhari dan Muslim) dari Abu Bakarah, "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyampaikan pidatonya kepada kami pada hari Nahr (tanggal 10 Dzulhijjah) sebagai berikut:
"Sesungguhnya masa telah berputar seperti keadaannya di waktu diciptakannya langit-langit dan bumi. Dalam satu tahun terdapat 12 bulan, empat di antaranya bulan suci (al-Asyhur al-Hurum); tiga bulan secara berurutan, yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Muharram, sedangkan Rajab terletak antara Jumadal (akhir) dan Sya'ban."
Beliau bertanya, "Bulan apakah ini (sekarang)?"
Kami menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu."
Kemudian beliau diam sehingga kami mengira bahwa beliau akan memberi nama yang lain, "Bukankah sekarang bulan Dzulhijjah?" kata beliau.
"Betul," jawab kami.
Beliau bertanya, "Negeri apakah ini?"
"Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu," jawab kami.
Kemudian beliau terdiam sehingga kami mengira bahwa beliau akan memberi nama yang lain, lalu berkata, "Bukankah ini kota Makkah?"
"Benar," jawab kami.
Beliau bertanya, "Lalu hari apakah ini?"
Kami menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu."
Kemudian beliau diam sehingga kami mengira bahwa beliau akan memberi nama yang lain, lalu berkata, "Bukankah ini hari Nahr (Hari Raya Qurban)?"

"Benar," jawab kami.

Beliau berkata,
"Sesungguhnya darah-darah kalian dan harta-harta kalian serta kehormatan kalian adalah suci dan mulia seperti suci dan mulianya hari kalian ini, di negeri kalian ini dan di bulan kalian ini. Kalian akan menjumpai Pencipta kalian dan ditanyai tentang amal perbuatan kalian. Ketahuilah, jangan sekali-kali sepeninggalku nanti kalian kembali dalam kesesatan di mana kalian saling bunuh-membunuh. Ketahuilah, bukankah telah aku sampaikan ini semua?"
"Benar," jawab kami.

Beliau berkata, 
"Ya Allah, saksikanlah ini. Maka hendaknya yang hadir supaya memberitahukan kepada yang tidak hadir, boleh jadi orang yang dikasih tahu lebih paham dari yang memberi tahu." [Shahih al-Bukhari, bab: Khotbah pada hari-hari di Mina, I/234].
Dalam riwayat lain, beliau berkata dalam pidatonya, 
"Ketahuilah, tidak ada seorang pun yang berbuat dosa kecuali berakibat pada dirinya sendiri. Ketahuilah hendaknya seseorang tidak berbuat dosa terhadap anaknya dan tidak pula berbuat dosa terhadap orangtuanya. Ketahuilah pula, bahwasanya setan telah putus asa akan disembah di negeri kita untuk selama-lamanya. Akan tetapi dia akan dipatuhi di dalam amal baik kalian yang kalian sepelekan, maka ia pun puas dengan hal ini." [HR. At-Tirmidzi, II/38.135; Ibnu Majah di dalam kitab "Haji"; Misykah al-Mashabih, I/234].
 Beliau menghabiskan hari Tasyriq (hari ke-11, 12, dan 13 Dzulhijjah) di Mina untuk menunaikan manasik haji (melempar jumrah), mengajarkan ajaran-ajaran (syariat) Islam, berdzikir kepada Allah serta menegakkan sunnah-sunnah suci dari ajaran Nabi Ibrahim.
Beliau menghapus sisa-sisa kesyirikan dan panji-panjinya.
Beliau juga berkhotbah pada salah satu dari hari-hari tasyriq ini.

Diriwayatkan oleh Abu Daud dengan sanad Hasan dari riwayat Sarra' binti Nabhan bahwasanya ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyampaikan khotbah kepada kami pada hari ar-Ru'us (Tasyriq) dan berkata, "Bukankah ini pertengahan hari tasyriq?" [HR. Abu Daud, bab: Pada hari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam berkhotbah di Mina, II/269].

Khotbah beliau pada hari itu seperti khotbahnya di hari Nahr (Idul Adha) dan berlangsung setelah turunnya surat an-Nashr.

Pada hari an-Nafar ats-Tsani (tanggal 13 Dzulhijjah), Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pergi meninggalkan Mina dan singgah di kaki gunung perkampungan Bani Kinanah, kawasan al-Abthah (kawasan berpasir dan berkerikil di Makkah). 
Beliau menginap selama sehari semalam dan shalat Zhuhur, Maghrib, dan Isya' di sana.
Lalu beliau tidur sejenak kemudian meneruskan perjalanan ke Ka'bah dan melakukan Thawaf Wada'.
Beliau juga memerintahkan hal teresbut kepada para sahabatnya.

Ketika selesai menunaikan semua ritual manasik haji, beliau menghimbau untuk kembali ke Madinah, tujuannya bukan untuk beristirahat namun untuk memulai kembali perjuangan dan kerja keras dengan ikhlas di jalan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.


***

Sumber:
'Perjalanan Hidup Rasul Yang Agung, Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam - Dari Kelahiran Hingga Detik-detik Terakhir' (Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfury, Darul Haq, Jakarta, Maret 2008 M).

#ODOP
#ODOP27
#BloggerMuslimahIndonesia 



Related Posts:




Tidak ada komentar:

Posting Komentar