Selasa, 31 Oktober 2017

Adab Berjalan - 3

Pada tulisan sebelumnya, 'Adab Berjalan - 2' telah dijelaskan hal-hal terkait postur tubuh pada saat berjalan.
Berikut ini adalah bagian terakhir yang membahas tentang adab-adab berjalan yang lainnya.


  • Menghindari cara berjalan yang tercela 
Diantara cara jalan yang tercela:
    • Berjalan dengan sombong dan takabur. Ini adalah cara jalan orang sombong dan ujub terhadap diri sendiri.
    • Berjalan dengan gelisah dan gemetar, yaitu dengan menoleh ke kanan, ke kiri, dan ke belakang. Ini adalah cara jalan orang yang goncang akalnya.
    • Berjalan dengan loyo seperti orang sakit. Ini adalah cara berjalan yang buruk.
    • Berjalan dengan berlenggak lenggpk disertai gerakan lemah gemulai sehingga meniru lawan jenisnya (kaum wanita).
    • Berjalan terburu-buru dan terlalu cepat seperti seperti berlari tanpa hajat dan keperluan.
    • Berjalan terburu-buru dan terlalu cepat seperti berlari tanpa hajat dan keperluan.
    • Berjalan seakan-akan melompat.

Adab Berjalan - 2

Bersikap tawadhu' dan meninggalkan sikap sombong adalah salah satu adab yang harus dimiliki oleh seorang seorang muslim, termasuk dalam berjalan.
Hal ini telah dijelaskan dalam tulisan sebelumnya, 'Adab Berjalan - 1'.
Berikut ini akan dibahas adab-adab berjalan yang lainnya:


  • Berjalan normal
Yang dimaksud berjalan normal adalah pertengahan, antara berjalan terlalu lambat dan terlalu cepat.
Allah berfirman:
"... Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS. Luqman: 18).
Ibnu Katsir berkata, "Maksudnya, berjalan biasa saja, tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat. Namun, pertengahan di antara keduanya." (Tafsir Ibnu Katsir [III/585]).

Senin, 30 Oktober 2017

Adab Berjalan - 1

Berjalan adalah aktivitas yang (hampir) selalu kita lakukan.
Bila seseorang berjalan di jalan untuk suatu urusan, hendaknya ia menjaga adab-adab khususnya yang berkaitan dengan berjalan, diantaranya:


  • Niat yang benar
Hendaknya seseorang menghadirkan niat yang benar ketika berjalan. Jika seseorang berjalan untuk menziarahi sahabatnya, hendaklah ia meniatkannya untuk mencari ridha Allah Ta'ala dalam ziarah tersebut. Bila berjalan ke masjid, hendaknya menghadirkan niat untuk beribadah kepada Allah Ta'ala. Jika keluar bekerja, hendaknya ia berniat untuk mencari rizqi dan penghidupan bagi keluarganya. Bila berjalan untuk suatu permainan yang diperbolehkan, hendaknya meniatkan untuk mencari penyegaran agar jiwa kembali segar dan bersemangat dalam beribadah dan lain-lain.

Jumat, 27 Oktober 2017

Mensyukuri Proses

Kata orang, saat ini, jaman now, adalah zaman instan.
Semua serba instan, dari makanan sampai cita-cita, inginnya yang instan-instan.
Makan mi, tinggal rebus air, ambil mi instan yang sudah dikemas bersama bumbu-bumbunya, trus cemplung-cemplung.
Bikin kopi, tinggal ambil kopi sachet-an 3 in 1, seduh dengan air panas.
Mau dapat nilai bagus dalam ujian, tinggal cari makelar soal dan jawaban, bayar senilai sekian, hafalkan jawabannya. Ssttt ... jangan ditiru!!
Pengen kaya, tinggal tipu sana-sini. #ehh ... nggak boleh ya 😂.
Ingin masuk surga, tapi di dunia maunya foya-foya penuh maksiat. Jlebb!!

Sebenarnya hal itu adalah tanggung jawab dari masing-masing individu, ingin mencari jalan pintas (yang belum tentu halal dan thayib) atau melalui (dan menikmati) proses (yang belum tentu cepat) untuk mencapai tujuannya.
Semuanya akan dihisab di akhirat kelak.


Demikian juga dengan menulis.
Perlu proses untuk meningkatkan skill menulis kita (ini yang saya alami dan rasakan).
Mungkin proses yang dilalui masing-masing orang belum tentu sama, ada yang cepat dan ada pula yang agak lama (kelihatannya saya termasuk kategori yang kedua. Ha ha ha ... 😂😂).

Tahun 2012 yang lalu saya pernah menulis tentang proses terbitnya buku solo pertama saya, "Edelweiss Terakhir" di sini: "My First Book: 'Edelweiss Terakhir' - A Long Process". Dari judulnya aja sudah kebayang lamanya 'kan ya?

Kamis, 26 Oktober 2017

Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 12

Bersafar merupakan bagian dari adzab sebagaimana telah diuraikan dalam tulisan sebelumnya: 'Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 11'.
Pada tulisan ini yang merupakan bagian terakhir dari adab-adab di dalam perjalanan, akan dibahas mengenai kepulangan seorang musafir setelah bersafar.


  • Mengabarkan kepada keluarga tentang kepulangannya

Hendaknya seorang musafir memberi kabar baik dengan surat, melalui telepon, atau lainnya, bahwa ia sedang dalam perjalanan atau pulang pada hari ini atau saat ini, sehingga keluarganya dapat membuat persiapan untuk menyambutnya dan menyiapkan diri untuk itu.

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam berkata kepada Sahabatnya sekembalinya dari safar:

Rabu, 25 Oktober 2017

Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 11

Rasulullah menganjurkan kita untuk bersafar pada malam hari. Mengapa?
Hal ini telah dibahas dalam tulisan sebelumnya: 'Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 10'.
Berikut ini akan dibahas adab-adab bersafar yang lainnya:

  • Menjauhkan diri dari perbuatan maksiat
Meninggalkan perbuatan maksiat (yang besar maupun kecil) wajib hukumnya setiap waktu. Hanya saja, musafir kadang kala dibujuk dan dirayu oleh syaitan untuk jatuh ke dalam perbuatan maksiat, bahkan syaitan menggambarkan indahnya perbuatan maksiat itu kepadanya. Terlebih lagi di tempat di mana tak seorang pun dapat mengenalinya. Syaitan akan terus merayunya agar jatuh dalam perkara yang buruk.
Berapa banyak wanita-wanita yang menjaga hijab (jilbab) dan menutup aurat di negerinya, namun ketika keluar dari negerinya ia membuka hijab dan menampakkan aurat tubuhnya, bahkan berani berbuat maksiat.
Berapa banyak laki-laki yang keluar dari tempat tinggalnya lalu mendatangi tempat-tempat munkar, memakai pakaian orang-orang fasik, serta menghabiskan harta dan waktunya untuk bermaksiat kepada Allah.

Selasa, 24 Oktober 2017

Keindahan Pasir TImbul di Raja Ampat

Raja Ampat di Papua Barat menyimpan berjuta keelokan yang rasanya tak akan habis diceritakan.
Beberapa tulisan kami sebelumnya telah berkisah tentang cantiknya Raja Ampat:


Kali ini kita akan menjelajah ke sebuah tempat yang tak kalah cantiknya di sana, yang dikenal dengan Pasir Timbul di Pulau Mansuar, Raja Ampat.
Pasir Timbul sebenarnya adalah hamparan pasir putih yang membentuk pulau di tengah lautan di Raja Ampat.
Bila air laut sedang pasang pulau ini tidak akan nampak, sebaliknya bila air laut surut maka ia akan terlihat (timbul).

Biasanya sang pasir akan timbul sekitar pagi hari mulai jam 06.00 dan juga sore hari.
Setelah puas ber-snorkeling di Yenbuba, rombongan kami pun langsung menuju ke Pasir Timbul menjelang sore hari dengan perkiraan pada saat itu air laut sedang surut.

Senin, 23 Oktober 2017

Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 10

Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya: 'Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 9' yang membahas tentang beristirahat di tengah perjalanan (safar).
Berikut ini akan diuraikan mengenai keutamaan bersafar pada malam hari.



  • Menjadikan waktu safar banyak dilakukan pada malam hari
Jika memungkinkan dan seseorang bisa mengendalikan alat transportasi yang dikendarai tanpa menimbulkan mudharat baginya, maka bersafar pada malam hari adalah baik.
Namun apabila ada mudharat dan kesulitan, misalnya lemah pandangan sehingga tidak mampu menyetir pada malam hari atau terikat safar dalam alat transportasi umum sehingga tidak mampu meninggalkannya, maka janganlah menyusahkan diri sendiri.
Sebaiknya, jika safar itu memungkinkan baginya, maka sesungguhnya safar pada malam hari itu lebih ringan daripada siang hari.

Minggu, 22 Oktober 2017

Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 9

Pada tulisan sebelumnya: 'Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 8' telah dibahas mengenai doa dan dzikir ketika bersafar.
Selanjutnya pada tulisan ini akan dijelaskan mengenai beristirahat dalam melakukan safar.


  • Istirahat di tengah perjalanan
Hendaknya musafir beristirahat di tengah perjalanan, terlebih bila jarak safarnya sangat jauh. Oleh karenanya setiap kali ada kesempatan hendaklah mereka berhenti, mengistirahatkan kendaraan, mobil, atau tunggangannya. Ketika beristirahat, mereka menyiapkan hal-hal yang perlu disiapkan (bahan bakar, air, dan lain-lain), atau memberikan makanan untuk hewan tunggangan, juga mengistirahatkan badan, menunaikan hajat, mencicipi hidangan makanan, minuman, dan sejenisnya.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
"Apabila kalian tengah melintasi tanah yang subur, maka berilah bagian kepada unta tunggangan untuk makan dari rumputnya ..." 
Hendaknya kita memperhatikan adab-adab ini agar alat transportasi yang digunakan bisa melewati berbagai kesulitan dalam safar.
Para musafir hendaknya juga tidur bila mampu. Sebab, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersafar lalu singgah pada malam hari, maka beliau pun berbaring di atas sisi kanan beliau. Sementara apabila singgah menjelang shubuh beliau menegakkan lengan dan meletakkan kepala beliau di atas punggung telapak tangan beliau." (HR. Muslim [683] dari Anas Radhiyallahu 'anhu).
Dalam hadits ini terdapat dalil dianjurkannya tidur untuk istirahat, bahkan dijelaskan pula tata cara tidur yang dianjurkan.

Jumat, 20 Oktober 2017

Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 8

Dalam tulisan sebelumnya: Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 7 telah dijelaskan mengenai doa keluar rumah dan doa naik kendaraan.
Kemudian doa dan dzikir apa lagi yang perlu kita ucapkan ketika berada di dalam perjalanan? 


  • Doa bersafar
Apabila kendaraan untuk bersafar telah bergerak dan mulai berjalan hendaklah berdoa dengan doa yang diriwayatkan oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang artinya:
"Ya, Allah, sesungguhnya kami memohon kebaikan dan takwa dalam bepergian ini, kami memohon perbuatan yang Engkau ridhai. Ya, Allah, permudahlah perjalanan kami ini, dan dekatkan jaraknya bagi kami. Ya, Allah, Engkaulah pendampingku di dalam bepergian dan pengganti dalam mengurus keluargaku (yang ditinggalkan). Ya. Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari kelelahan dalam bepergian, pemandangan yang menyedihkan, serta keadaan yang buruk dalam harta dan keluarga saat kembali."
Hendaknya juga mengucapkan ta'awudz yang biasa diucapkan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
"Jika melakukan safar, beliau berlindung dari beratnya safar, dari buruknya saat kembali, dari kesesatan setelah mendapatkan hidayah, dari do'a orang yang terzhalimi, serta dari buruknya kondisi pada keluarga dan harta."

Kamis, 19 Oktober 2017

Simpang Lima, Landmark Kota Semarang

Simpang Lima merupakan salah satu landmark kota Semarang sejak dulu.
Wujudnya adalah ruang terbuka berupa sebuah lapangan (yang sebenarnya bernama Lapangan Pancasila) di pusat kota Semarang dan menjadi pusat pertemuan dari  lima jalan, yaitu Jl. Pahlawan, Jl. Pandanaran, Jl. Gadjah Mada, Jl. Ahmad Dahlan, serta Jl. Ahmad Yani.

Lapangan Simpang Lima Semarang

Dulu, Simpang Lima dijadikan sebagai pusat alun-alun berdasarkan usulan Presiden pertama RI (Ir. Soekarno) karena pusat alun-alun yang awalnya terletak di Kauman telah berubah fungsinya menjadi pusat perbelanjaan.

Pada saat pembangunan lapangan Pancasila, saat itu pembangunannya akan dilakukan di Jl. Oei Tiong Ham (Jl. Pahlawan sekarang).
Kemudian lapangan ini bisa terbangun pada tahun 1969.
Karena lapangan Pancasila merupakan pusat bertemunya lima jalan besar, maka lebih dikenal dengan nama Simpang Lima.

Rabu, 18 Oktober 2017

Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 7

Pada tulisan sebelumnya: Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 6 telah dibahas mengenai apa yang hendaknya dilakukan oleh seorang pemimpin rombongan dalam perjalanan.
Selanjutnya akan diuraikan beberapa doa terkakit dengan safar.


  • Safar pada hari Kamis
Safar yang dilakukan pada hari Kamis adalah sunnah sebagaimana disebutkan dalam hadits:
"Jarang sekali Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam keluar apabila beliau hendak bersafar, melainkan pada hari Kamis." (HR. Al-Bukhari [2949] dari Ka'ab bin Malik).
Ini adalah sunnah yang penuh berkah, yang perlu diperhatikan untuk dilakukan apabila memungkinkan. Namun jika tidak, sesungguhnya hal ini tidak wajib. Terlebih lagi bila ada keharusan bersafar pada hari selain Kamis.
  • Keluar pagi-pagi untuk bersafar
Hendaknya seseorang yang bersafar berangkat pagi-oagi bila memungkinkan.
Hal ini dapat mendatangkan berkah dan menggairahkan semangat serta mempercepat sampainya ke tempat tujuan.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
"'Ya, Allah, berkahilah urusan ummatku yang dikerjakan di pagi hari.'"
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam biasa mengirim pasukan di pagi hari. Oleh karena itu hendaklah memperhatikan adab ini sedapat mungkin karena pada pagi hari terdapat berkah. Namun jika tidak, juga tidak mengapa.

Selasa, 17 Oktober 2017

Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 6

Dalam tulisan sebelumnya: 'Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 5
telah dibahas mengenai pentingnya mengangkat seorang pemimpin dalam rombongan yang sedang bersafar.
Lantas, hal-hal apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh seorang pemimpin rombongan?


  • Seorang pemimpin hendaklah bermusyawarah dengan anggota rombongan
Janganlah seorang pemimpin memaksakan kehendaknya di dalam mengambil keputusan.
Hendaklah ia bermusyawarah dan mendengarkan pendapat anggota rombongannya. Barangkali ia akan mendapatkan kebenaran dari pendapat mereka.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"... Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka ..." (QS. Asy-Syuura: 38).
 "... Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu ..." (QS. Ali 'Imran: 159).
Seorang pemimpin memilih pendapat yang bail diantara pendapat-pendapat yang ada, atau dari pendapatnya.
Siapa saja yang tidak diambil pendapatnya tidak boleh menyelisihi pemimpin, marah, atau melecehkannya.
Hendaknya ia menerima  pendapat anggota rombongan.
Janganlah ia memprovokasi orang lain dan menceraiberaikan barisan serta memecah belah jamaah safar.

Senin, 16 Oktober 2017

Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 5

Setelah membahas tentang memilih teman dalam bersafar pada tulisan sebelumnya: "Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 4", dalam tulisan kali ini akan dibahas mengenai doa bagi keluarga yang ditinggal bersafar dan pentingnya memilih pemimpin rombongan dalam melakukan perjalanan.


  • Mendoakan keluarga dan karib kerabat yang ditinggalkan
Hal ini dilakukan agar dapat menenangkan perasaan mereka.
Sebagaimana yang dicontohkan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam ketika hendak bersafar, beliau mengucapkan doa untuk keluarganya yang artinya:
"Aku menitipkan kalian kepada Allah yang tidak akan hilang titipannya." (HR. Ahmad [II/403] dan Ibnu Majah [2825] dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu. Lihat kitab Shahiihul Jaami' [958]).
Bila ia titipkan keluarganya kepada Allah, niscaya Allah akan menjaga mereka.
Kemudian mereka pun melepasnya dengan ucapan:
"Kami menitipkan kepada Allah agamamu, amanahmu, dan akhir dari amalanmu." (HR. Ahmad [II/25, 38], Abu Dawud [2600], dan an-Nasa-i di dalam al-Kahiir [V/10346] dari Ibnu 'Umar. Dikeluarkan juga oleh Ahmad [II/7], at-Tirmidzi [3443] dan dishahihkannya, dan Ibnu Majah [2826 dari Ibnu 'Umar. Silakan lihat kitab Shahiihul Jaami' [957]).

Sabtu, 14 Oktober 2017

Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 4

Dalam tulisan sebelumnya: 'Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 3' telah dibahas adab-adab bersafar antara lain yang terkait dengan harta untuk keluarga yang ditinggalkan.
Berikut ini beberapa adab bersafar lainnya yang berhubungan dengan teman bersafar.


  • Mengundi di antara isteri-isteri
Mengundi dilakukan apabila seorang laki-laki memiliki lebih dari satu isteri.
Siapa yang keluar undiannya berarti ia yang keluar bersamanya.
Sebagaimana yang dilakukan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam: "Jika hendak keluar (safar), beliau mengundi isteri-isteri beliau. Siapa yang keluar undiannya berarti ia yang keluar bersama Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam." (HR. Al-Bukhari [2879] dari 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha).
Pengundian perlu dilakukan unruk menutup pintu permasalahan dan kecemburuan di antara isteri-isteri, sebab tidak ada campur tangan suami dalam pengundian tersebut.
Sebagaimana dimaklumi bahwa safar itu panjang dan memakan waktu berhari-hari atau bahkan lebih sehingga seseorang membutuhkan keberadaan isterinya.
Adapun safar yang membutuhkan waktu beberapa jam atau satu hari saja, sebenarnya tidak perlu disertai isteri, kecuali bila safarnya berkaitan dengan isteri atau bersafar ke tempat yang terdapat fitnah sehingga membutuhkan kehadiran isterinya. 

Jumat, 13 Oktober 2017

Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 3

Setelah beberapa adab yang dibahas dalam tulisan sebelumnya, Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 2, kali ini akan kita lanjutkan dengan adab-adab yang masih berkaitan dengan as-safar.


  • Menunjuk orang yang dapat mengurus keluarga yang ditinggalkan
Hendaklah orang yang ingin bersafar menunjuk seseorang yang mengawasi dan mengurus urusan keluarganya serta mencukupi kebutuhan mereka, yaitu orang yang dipercaya agama dan akalnya dari kalangan karib kerabatnya. Yang memperhatikan keadaan mereka dan mengurus kemaslahatan mereka serta menjaga mereka selama ia pergi.
Banyak manusia yang melalaikan adab ini, padahal Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah melakukannya.
  • Meninggalkan nafkah untuk keluarga yang ditinggalkan
Hendaklah seseorang meninggalkan nafkah yang mencukupi keluarga ketika ia pergi bersafar. Jangan sampai keluarganya terpaksa berutang atau meminta-minta kepada orang lain untuk memenuhi hajat mereka. 
Tujuan lain ialah agar keluarganya tidak kekurangan dalam keperluan dan kebutuhan mereka, sebab kekurangan nafkah akan mengakibatkan hal yang tidak baik.

Kamis, 12 Oktober 2017

Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 2

Melanjutkan tulisan sebelumnya, 'Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 1', berikut ini beberapa adab lain yang berkaitan dengan as-safar (di dalam perjalanan):


  • Bermusyawarah
Hendaklah orang yang berniat melakukan safar bermusyawarah dengan orang yang dipercaya agama dan akalnya dari kalangan karib kerabat, famili, atau temannya.
Pendapat dua orang lebih tepat daripada pendapat satu orang.
Kadang kala saudaranya itu mengisyaratkan kepada suatu perkara penting yang bermaslahat baginya.
Akan tetapi hendaklah ia bermusyawarah dengan orang yang baik agamanya, sempurna akalnya, dan cinta kepadanya saja. 
Karena hakikat bermusyawarah adalah meminta nasihat, maka hendaklah orang yang dimintai nasihat memberikan nasihat dengan benar.
Di antara hak muslim kepada muslim lainnya adalah memberikan nasihat dengan benar dan ikhlas, sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
"... jika ia meminta nasihat, maka berikanlah nasihat kepadanya."

Rabu, 11 Oktober 2017

Adab di Dalam Perjalanan (As-Safar) - 1

Saat ini melakukan perjalanan adalah hal yang tak jarang kita lakukan, baik untuk menyelesaikan urusan agama maupun dunia.
Sebagai seorang muslim sudah sepantasnya kita memperhatikan adab-adab dan sunnah dalam bersafar yang dianjurkan dalam Islam.
Beberapa diantaranya adalah:



  • Niat yang baik
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
"Setiap amal bergantung pada niatnya dan tiap-tiap orang mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang diniatkan ..."
Safar adalah salah satu amal (shalih) maka wajib untuk menghadirkan niat yang baik, agar setiap muslim mendapatkan balasan pahala dari segala kesulitan dan biaya yang dikeluarkan.
Niat yang baik akan mencegah seorang hamba yang sedang safar terjerumus ke  dalam perkara yang dibenci  Allah dan dimurkai-Nya. Juga agar dituliskan pahala baginya sebagaimana yang dituliskannya sebelum bersafar, walaupun ia terluput dari beberapa amal shalih di dalam safar.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
"Jika seorang hamba sakit atau bersafar, maka akan dituliskan baginya seperti apa yang diamalkannya ketika ia bermukim dan sehat." (HR. Al-Bukhari [2996] dari hadits Abu Musa al-Asy'ari).
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam berkata kepada Sa'ad:
"... Tidaklah engkau mengeluarkan suatu nafkah yang engkau harapkan dengannya wajah Allah, melainkan engkau akan diberikan balasan atasnya ..." (HR. Al-Bukhari [1295] dan Muslim [1627] dari hadits Sa'ad bin Abi Waqash).

Senin, 09 Oktober 2017

Singgah di Negeri Sebelah (Part 3: Hotel Quayside - Melaka)

Masih melanjutkan cerita dari Melaka di tulisan sebelumnya:

Perjalanan relatiif lancar, masih diiringi rintik hujan di sepanjang jalan yang lumayan padat.
AC bus pun terasa semakin dingin menusuk kulit, apalagi dengan kondisi bus yang relatif kosong, hanya ada lima penumpang di deck atas.
Oh ya, karena penumpangnya hanya kami berlima, tempat duduknya pun bebas, tak perlu mengikuti nomor bangku yang tertera di tiket.

Namun lengangnya bus kami ini berbeda jauh dengan suasana di sepanjang jalan, apa lagi setelah sampai di Kota Melaka.
Kepadatan mulai tampak di sana sini.
Bus berjalan merayap untuk menuju ke terminal Melaka Sentral.

Jumat, 06 Oktober 2017

Adab Berhari Raya (Adab Al-'Ied) - 3

Melanjutkan tulisan sebelumnya:

Adab-adab lain terkait hari raya:
  • Tidak menyembelih kurban kecuali setelah Shalat 'Ied
Nabi Sahallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
"Seungguhnya hal pertama yang kita lakukan pada hari ini adalah shalat, kemudian kembali untuk menyembelih. Barang siapa yang telah melakukan itu berarti telah melaksanakan sunnahbkita
Barang siapa menyembelih sebelum shalat maka itu hanya daging untul keluarganya, bukan sembelihan kurban apa pun." 
Hadits ini menunjukkan bahwa disunnahkan tidak menyembelih kurban kecuali setelah selesai shalat.

Kamis, 05 Oktober 2017

Singgah di Negeri Sebelah (Part 2: Menuju Melaka)

Lho, kok sudah part 2 aja?

Iyyaaa ... 
Part 1-nya ada di sini:
Singgah di Negeri Sebelah (Part 1: Kuala Lumpur)
Lanjut yaa ...

***

Sekilas Tentang Melaka

Melaka (Malacca), adalah sebuah negara bagian di Malaysia yang terletak di sebelah selatan Semenanjung Malaya, di sebelah Selat Malaka.
Negara bagian ini berbatasan dengan Negeri Sembilan di Utara dan Barat serta Johor di Selatan.  
Eksklave Tanjung Tuan juga berbatasan dengan Negeri Sembilan di utara. 

Ibukotanya adalah Kota Malaka, yang terletak 148 kilometer ke arah Tenggara ibukota Malaysia (Kuala Lumpur), 235 kilometer ke arah Barat Laut kota terbesar di Johor (Johor Bahru), dan 95 kilometer ke arah Barat Laut kota terbesar kedua di Johor (Batu Pahat).  
Pusat kota bersejarah ini telah terdaftar sebagai Situs Warisan Dunia (World Heritage Site) UNESCO sejak tanggal 7 Juli 2008. 

Meskipun Melaka merupakan lokasi salah satu kesultanan Melayu paling awal, monarki lokal telah dihapuskan ketika Portugis menaklukkannya pada tahun 1511 sehingga Kepala negaranya adalah Yang di-Pertua Negeri atau Gubernur, bukan Sultan.

***

How to Get There?

Ini adalah pertanyaan mendasar 😀.
Di tulisan sebelumnya sudah kami ceritakan bahwa liburan diawali dari Kuala Lumpur.
Jadi kami mengambil titik start dari Kuala Lumpur dan berencana menggunakan transportasi bus umum.
Dari area Bukit Bintang (Kuala Lumpur) tempat kami menginap di Hotel Capitol, kami menaiki kereta monorel (KL Monorail Line) menuju ke Stasuin KL Sentral kemudian dari KL Sentral berganti kereta KTM (Seremban Line) menuju ke Stasiun Bandar Tasik Selatan yang terhubung dengan Terminal Bersepadu Selatan (TBS).
Kita bisa berjalan kaki dari Stasiun Bandar Tasik Selatan ke TBS melalui jembatan penyeberangan yang lumayan panjang.
TBS merupakan terminal besar di mana bus-bus ke berbagai tujuan tumplek blek di sini.
Tapi jangan bayangkan terminal yang kumuh ya.
Kondisinya lumayan rapi dan modern serta terjaga kebersihannya meskipun sangat ramai.
Dari TBS kami akan melanjutkan perjalanan dengan bus menuju ke Terminal Melaka Sentral Di Melaka.



Rabu, 04 Oktober 2017

Menikmati Produk Alami Berkualitas dari KhAF Naturals

Akhir-akhir ini kampanye untuk kembali ke alam dan menggunakan produk-produk berbahan alami semakin gencar gaungnya.
Mungkin orang mulai sadar betapa kungkungan produk berbahan kimia sintetis semakin lama semakin menimbulkan ketergantungan yang tak masuk akal dan berdampak kurang baik terutama bagi kesehatan.

Sudah beberapa tahun terakhir ini kami (saya dan keluarga) pun berusaha sebisa mungkin menggunakan dan mengkonsumsi produk-produk yang lebih alami dan meminimalkan produk berbahan kimia sintetis/buatan.
Tak hanya untuk makanan (mengurangi makanan-makanan instan, memilih produk-produk organik, dan sebagainya), untuk produk perawatan sehari-hari (daily care) kami juga berusaha mencari produk yang berbahan alami.

Banyak bergaul dengan teman-teman di berbagai komunitas membawa kami mengenal beberapa produsen produk handmade dan berbahan alami.
Salah satunya adalah KhAF Naturals, yang memproduksi sabun, sampo bar, krim, lotion, dan produk-produk lainnya.

Beberapa produk dari KhAF Naturals antara lain: 
  • Green Tea Rice Milk - handmade natural soap SLS/SLES/detergent free (sabun berbahan susu beras dan teh hijau untuk melembutkan dan meremajakan kulit)


Selasa, 03 Oktober 2017

Belajar dari Sejarah

Mengapa kita perlu belajar dari sejarah?
Sampai-sampai ada slogan yang sangat terkenal, "Jangan sekali-kali melupakan sejarah!".

Tahukah kita, bahwa setidaknya sepertiga isi Al-Qur'an adalah tentang sejarah dan kisah-kisah perjalanan umat terdahulu, juga pelajaran dari sejarah bangsa-bangsa.
Tentu semuanya mengandung ibroh atau hikmah yang dapat kita ambil.


"Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat." (QS. al-Fatihah: 6-7).